Pemerintah Indonesia telah mengumumkan serangkaian uji coba untuk mengadopsi sistem tak berawak Alpha A900 untuk layanan militer dan maritimnya.
Pejabat militer mengawasi pengujian peralatan kendaraan udara tak berawak baru di Bandara Internasional Husain Sastranegara di Jawa Barat, Indonesia, pada 18 Maret.
Sistem ini dikatakan sedang dievaluasi untuk membantu pengamat depan mengidentifikasi dan menyerang target, dengan kemampuan deteksi target dan keterbatasan untuk dukungan artileri lapangan. Sistem ini memiliki jangkauan 100 km, daya tahan empat jam, tangki bahan bakar delapan liter, dan kapasitas muatan 4 kg.
Sistem Alpha A900 dipasok oleh produsen UAV Spanyol Alpha Unmanned Systems, yang telah menyediakan varian maritimnya kepada Badan Keselamatan Maritim Indonesia (BAKAMLA).
“Uji lapangan UAV ini dilakukan untuk melihat kemampuan dan keterbatasan alat sistem persenjataan baru tersebut dalam mendeteksi sasaran dengan menggunakan kendaraan udara tak berawak,” demikian keterangan Pusat Senjata Artileri Lapangan Indonesia (diterjemahkan).
1
Fungsinya diawali dengan pemaparan kecanggihan dan keunggulan sistem tanpa awak ALPHA A900 yang memiliki kemampuan jelajah 100 km/jam, muatan maksimum/MTOW (Maximum Take-Off Weight) 25 kg. , ketahanan penerbangan empat jam dan 50 transfer data terenkripsi hingga km.
“Selain itu dilengkapi kamera dengan kemampuan zoom optik 30x dan zoom inframerah 4x serta kemampuan geo-tracking.
“(Artileri) kini menjadi lebih modern, canggih dan adaptif untuk bersaing dengan negara-negara maju lainnya untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.”
Alpha Unmanned Systems yang berbasis di Madrid sebelumnya menjalin kemitraan manufaktur berlisensi dengan perusahaan Indonesia PT Indadi Venyro untuk memperluas peluang di Asia Tenggara.
Selain manufaktur berlisensi, perjanjian ini akan memungkinkan PT Indadi Venyro untuk menyediakan pemeliharaan dan dukungan lokal untuk produk AUS di wilayah tersebut.
“Dinas maritim seperti BAKAMLA telah lama mencari kemampuan penerbangan yang secara signifikan akan memperluas kemampuan pengawasan dan pelarangan maritim pada kapal-kapalnya,” kata AUS dalam sebuah pernyataan pada bulan April tahun lalu.
“Sebelum UAV sayap rotor diadopsi secara luas, kemampuan ini terutama ditemukan pada helikopter yang dibawa di kapal, yang biayanya mahal untuk layanan seperti BAKAMLA, yang seringkali harus bersaing untuk mendapatkan pendanaan dengan layanan seperti Angkatan Laut Indonesia.
“Kemitraan antara AUS dan PT Indadi Venyro berpotensi mengurangi biaya pengoperasian Alpha 900, sehingga membuka jalan bagi adopsi UAV jenis ini secara luas di kapal BAKAMLA lainnya.
“Adopsi UAV sayap putar yang meluas ini akan meningkatkan kemampuan BAKAMLA untuk melakukan operasi pengawasan maritim di wilayah perairan Indonesia dan zona ekonomi eksklusif Indonesia, dan memberikan kebebasan bagi kapal angkatan laut Indonesia untuk melakukan operasi lebih lanjut di laut, khususnya dalam komunikasi maritim negara.”
More Stories
Para hakim di Indonesia telah memulai aksi mogok selama seminggu untuk menuntut kenaikan gaji
Indonesia akan menerima lebih dari 500 kendaraan tempur dan pendukung baru
Lima spesies keong darat Indonesia mempunyai potensi sebagai obat