(MENAFN) Dalam acara promosi di Shanghai, Senin, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menyatakan optimismenya terhadap prospek menarik lebih banyak wisatawan inbound asal Tiongkok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (MTCE) meluncurkan serangkaian kegiatan promosi yang bertujuan untuk menggaet pasar Tiongkok.
“Misi penjualan ini akan membantu meningkatkan inbound pariwisata ke Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai tujuan liburan favorit wisatawan asing,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno.
Menurut Menkeu, wisatawan Tiongkok biasanya menghabiskan rata-rata 8 hingga 11 hari di Indonesia, dengan biaya rata-rata USD1,386.55 per kunjungan. Dengan menggunakan angka-angka ini, MTCE telah menetapkan target ambisius untuk menarik 1 hingga 1,5 juta wisatawan Tiongkok pada tahun ini.
Menteri menyebutkan pesatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebagai faktor penting dalam memposisikan Tiongkok sebagai pasar utama bagi industri pariwisata Indonesia. Ekspansi ekonomi Tiongkok, dengan meningkatnya pendapatan masyarakatnya, meningkatkan peluang untuk mempromosikan Indonesia sebagai tujuan wisata pilihan di segmen pasar ini.
Jumlah wisatawan Tiongkok yang mengunjungi Indonesia mencapai 286.375 dalam tiga bulan pertama tahun ini, menurut statistik Indonesia. Untuk memanfaatkan momentum ini, MTCE bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama guna menarik lebih banyak kunjungan wisatawan Tiongkok dan mempromosikan industri pariwisata Indonesia.
MENAFN04062024000045015839ID1108294793
Penafian hukum:
MENAFN MEMBERIKAN INFORMASI “APA ADANYA” TANPA JAMINAN APA PUN. Kami tidak bertanggung jawab atau berkewajiban atas keakuratan, konten, gambar, video, lisensi, kelengkapan, legalitas, atau keandalan informasi yang terkandung dalam artikel ini. Jika Anda mempunyai keluhan atau masalah hak cipta terkait artikel ini, silakan hubungi penyedia di atas.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya