Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah strategis untuk memperkuat posisinya di kancah teknologi global dengan mengumumkan pemberian visa emas kepada Sam Altman, CEO OpenAI. Altman, penerima pertama Visa Emas Indonesia, menandakan komitmen kuat Indonesia dalam memajukan teknologi dan inovasi. Visa ini dikeluarkan sebagai pengakuan dan penghargaan atas kontribusi potensi sumber daya yang dapat dibawa oleh pemegangnya ke Indonesia.
Visa emas yang memberikan izin tinggal selama 5-10 tahun ini dikeluarkan dengan tujuan untuk mendukung perekonomian Indonesia. Pemegang visa ini, seperti Altman, menikmati beragam keuntungan, seperti prioritas screening dan jalur layanan di bandara, kemudahan masuk dan keluar dari Indonesia, serta perpanjangan masa tinggal. “Kami menggelar karpet merah sebagai imbalan atas sumber daya yang dapat mereka bawa ke Indonesia,” kata Silmi Karim, direktur jenderal imigrasi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memberikan kemudahan dan keuntungan yang besar bagi individu yang mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi negara.
Namun, langkah ini menimbulkan pertanyaan penting: Apa pentingnya menawarkan visa emas, dan bagaimana Indonesia dapat menggunakan keunggulannya untuk bersaing dengan negara tetangga seperti Singapura dan Thailand di panggung global dalam bidang teknologi dan inovasi? Hal ini menjadi titik refleksi penting bagi Indonesia untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang efektif dalam memanfaatkan kehadiran tokoh teknologi global seperti Altman untuk mempercepat perkembangan teknologi dan inovasi di Indonesia. Di bawah ini adalah rekomendasi visi saya sebagai andalan Jaringan Regulasi dan Ekonomi Digital Terapan Indonesia (IADERN).
Golden Visa: Sebuah langkah strategis menuju masa depan teknologi
Sam Altman, tokoh terkemuka di dunia kecerdasan buatan (AI), telah mendapatkan visa emas dari Indonesia, yang menunjukkan komitmen serius Indonesia dalam menggunakan AI sebagai pendorong utama masa depan Indonesia. Hal ini juga mencerminkan visi Indonesia mengenai transformasi ekonomi menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan daya saing global. AI diharapkan dapat menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi berbagai tantangan nasional serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor industri.
Fokus pada AI akan mendorong pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan infrastruktur digital di Indonesia. Hal ini mempersiapkan generasi muda Indonesia dengan keterampilan yang dibutuhkan di era digital dan menciptakan peluang kerja baru di industri berbasis teknologi. Selain itu, kehadiran orang-orang seperti Altman akan membuka lebih banyak peluang investasi dan kolaborasi internasional, memperkuat ekosistem inovasi dan penelitian di Indonesia.
Melalui strategi ini, Indonesia berharap tidak hanya mengungguli negara tetangganya dalam pengembangan dan penggunaan AI, namun juga menciptakan ekosistem yang mendukung penelitian, pengembangan, dan kewirausahaan, yang pada akhirnya mendorong inovasi dan kreativitas di seluruh masyarakat. Hal ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam memanfaatkan seluruh potensi revolusi teknologi untuk kepentingan dan kemajuan bangsa.
Pengembangan rencana strategis Gorica
Kehadiran Sam Altman di Indonesia melalui penerbitan visa emas akan membuka pintu kolaborasi yang solid dengan OpenAI untuk mencapai tujuan rencana strategis (Renstra) yang dikembangkan oleh Group for Artificial Intelligence Research and Innovation (Corica). Sebuah organisasi yang bekerja untuk mengawasi dan memandu pengembangan kecerdasan buatan (AI). Berikut beberapa langkah konkrit yang bisa dilakukan:
Pendirian Pusat Penelitian Kolaboratif:
Indonesia dapat berkolaborasi dengan OpenAI untuk mendirikan pusat penelitian bersama yang fokus pada pengembangan AI. Pusat ini dapat berfungsi sebagai hub untuk penelitian bersama, pengembangan teknologi baru dan inovasi di bidang AI yang melibatkan peneliti dari Indonesia dan OpenAI.
Program Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan:
Kerjasama dengan OpenAI dapat mencakup pengembangan program pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para profesional dan peneliti Indonesia di bidang AI. Hal ini mencakup lokakarya, kursus, dan program pelatihan lainnya yang dirancang untuk membangun kapasitas lokal di bidang AI.
Pengembangan aplikasi dan solusi AI:
OpenAI dan Indonesia dapat berkolaborasi untuk mengembangkan aplikasi dan solusi AI yang dapat diterapkan pada berbagai sektor industri di Indonesia, seperti kesehatan, pendidikan, dan pertanian, untuk mengatasi tantangan lokal dan mendorong inovasi.
Transfer Pengetahuan dan Teknologi:
Kolaborasi ini memfasilitasi pertukaran pengetahuan, teknologi dan praktik terbaik antara Indonesia dan OpenAI, membantu transfer teknologi dan pengetahuan terkini di bidang AI.
Pendanaan dan Investasi dalam Penelitian AI:
OpenAI dapat berperan dalam mendukung penelitian dan pengembangan AI di Indonesia melalui pendanaan penelitian, beasiswa, dan investasi pada startup dan inisiatif AI lokal.
Pengembangan Ekosistem AI:
Kerja sama dengan OpenAI akan membantu Indonesia membangun ekosistem AI yang kuat dan berkelanjutan serta mendorong kewirausahaan, inovasi, dan pertumbuhan komunitas AI.
Tingkat inovasi AI: Indonesia, Singapura, dan Thailand
Singapura dan Thailand telah mengukuhkan diri sebagai pusat inovasi dan teknologi di Asia Tenggara. Dengan strategi nasional yang kuat, Singapura berhasil menggaet berbagai perusahaan teknologi global. Sementara itu, Thailand, melalui inisiatif “Thailand 4.0”, telah memberikan penekanan yang signifikan pada digitalisasi dan inovasi. Kedua negara telah menetapkan standar tinggi dalam pengembangan teknologi dan inovasi di kawasan.
Namun Indonesia menunjukkan ambisi dan kesiapannya untuk mengikuti kompetisi ini dengan langkah memberikan visa emas kepada CEO OpenAI Sam Altman. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk membangun kolaborasi dengan OpenAI, memanfaatkan potensi rencana strategis Gorica dengan harapan menjadikan dirinya sebagai pemimpin regional dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Indonesia menawarkan kombinasi unik antara pasar yang besar, talenta berkualitas, dan komitmen pemerintah terhadap inovasi dan pengembangan teknologi. Indonesia, dengan populasi besar dan pasar yang dinamis, berpotensi menjadi laboratorium hidup untuk mengembangkan dan menerapkan solusi AI.
Hal ini menciptakan peluang bagi perusahaan dan investor dari seluruh dunia untuk menguji dan menerapkan teknologi mereka di Indonesia. Oleh karena itu, negara ini dapat memanfaatkan posisinya untuk mengembangkan solusi AI yang inovatif dan berdampak yang secara langsung menjawab tantangan dan kebutuhan lokal, serta memposisikan diri sebagai pemimpin dalam pengembangan aplikasi AI yang berdampak secara sosial dan ekonomi.
Untuk memperkuat posisi ini, Indonesia harus fokus pada pengembangan dan menarik talenta AI berkualitas tinggi. Dengan memanfaatkan keahlian dari dalam dan luar negeri, Indonesia dapat menjadi tujuan utama penelitian dan pengembangan AI, melengkapi keahlian yang sudah ada di Singapura dan Thailand.
Selain itu, pembentukan lembaga penelitian dan pengembangan yang fokus pada teknologi dan inovasi AI serta berkolaborasi dengan organisasi internasional seperti OpenAI akan meningkatkan kapasitas penelitian dan inovasi AI di Indonesia. Dengan strategi yang terintegrasi dan terkoordinasi, Indonesia tidak hanya akan bersaing dengan kesuksesan Singapura dan Thailand, namun juga membangun ekosistem inovasi AI yang dinamis dan inklusif di kawasan Asia Tenggara.
Kesimpulan
Pemberian Golden Visa kepada Sam Altman tidak hanya menjadi simbol komitmen Indonesia terhadap teknologi dan inovasi, namun juga merupakan langkah strategis untuk mempercepat momentum penguatan posisi negara di kancah dunia. Dengan memanfaatkan rencana strategis Gorica dan berkolaborasi dengan para pemimpin industri seperti OpenAI, Indonesia memiliki peluang untuk mengungguli negara tetangganya dalam perlombaan menuju masa depan yang didominasi AI.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya