Kabupaten Langat, Sumatera Utara (ANTARA) – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indravati, dan Menteri Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia Andreas Bjelland Eriksen mengunjungi Gunung Leuser National. Taman Sabtu.
Dalam kunjungannya, Packer mengajak Indravati dan Erickson melewati area di dalam taman nasional yang terletak di Bukit Lawang, Sumatera Utara, Langkawi, untuk mengamati salah satu penghuni taman yang paling terkenal, orangutan sumatera (Pongo abeli).
Di tengah hijaunya pepohonan taman, ketiga menteri melihat dua ekor orangutan melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Mereka juga merekam podcast di tengah hutan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diperingati setiap tanggal 5 Juni.
Kunjungan ini untuk menyoroti upaya Indonesia dalam memerangi deforestasi dan mendukung pencapaian Net Sink FOLU (Forest and Other Land Uses) 2030, sebuah langkah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor kehutanan.
Indonesia dan Norwegia sebelumnya bekerja sama melalui Dana Kontribusi Berbasis Hasil untuk Mengurangi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD+).
Orangutan sumatera mempunyai status dilindungi di Indonesia dan masuk dalam kategori Critically Endangered dalam Daftar Merah IUCN.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2016, populasi orangutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, termasuk Sabah dan Sarawak, diperkirakan berjumlah 71.820 ekor dengan luas wilayah 17,46 juta hektar.
Hanya ditemukan di Pulau Sumatera, orangutan sumatera merupakan satu dari tiga spesies yang ditemukan di Indonesia, selain orangutan tapanuli (Bongo tapanuliensis) dan orangutan kalimantan (Bongo pygmaeus).
Pada tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meluncurkan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia (SRAK).
Berita Terkait: Bertemu Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Compass
Berita Terkait: Kebakaran Taman Nasional Bromo Rusak 504 Hektar: Resmi
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya