JAKARTA (ANTARA) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pengembangan sumber daya manusia menjadi kunci mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Hal itu disampaikan Presiden saat memberikan pidato pada Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tahun 2023 dan pembukaan Gedung Serba Guna Minhaajurrosydiin di Jakarta, Selasa.
“Ke depan kita akan menghadapi tantangan yang lebih berat. Namun saya yakin kita akan mewujudkan dan berhasil dengan meningkatkan karakter sumber daya manusia kita (Visi Indonesia Emas 2045). Insya Allah,” ujarnya.
Presiden Jokowi menyoroti banyaknya tantangan yang dihadapi masyarakat global saat ini, seperti ketidakpastian perekonomian global, perubahan iklim, dan peperangan yang terjadi di banyak negara.
Meski demikian, ia berharap Indonesia mampu menghadapi dan bertahan dari tantangan berat dengan tetap menjaga rasa persatuan yang kuat.
BERITA TERKAIT: Generasi muda untuk mencapai tujuan Indonesia Emas: Menteri
Oleh karena itu, saya berulang kali mengatakan bahwa tahun 2024, 2029, dan 2034 merupakan momen penentu untuk menentukan maju atau tidaknya Indonesia, sehingga diperlukan kepemimpinan nasional yang kuat, persatuan yang kokoh, dan persatuan yang kuat,” tegasnya.
Kepala Negara berpendapat bahwa kepemimpinan yang kuat di tingkat nasional sangat penting bagi Indonesia untuk mengatasi tantangan global.
“Untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045, negara ini memerlukan kepemimpinan nasional yang bersatu, kepemimpinan nasional yang merangkul semua pihak untuk menumbuhkan persatuan dan soliditas,” tegasnya.
Presiden Jokowi didampingi Menteri Pembangunan Manusia dan Integrasi Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Menteri Perdagangan Zulkipli Hassan dalam acara tersebut.
Panglima Tentara Nasional Indonesia (DNI) Laksamana Udo Marcono dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Bolri) Jenderal Listio Sikit Prabowo menghadiri pertemuan tersebut.
Berita terkait: Indonesia berpeluang besar meraih Indonesia Emas 2045: Jokowi
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya