Diselenggarakan oleh JalaSebuah perusahaan teknologi akuakultur yang memberikan solusi budidaya udang di Indonesia, acara Shrimp Outlook 2024 berlangsung Kamis, 7 Maret lalu di Surabaya.
Acara ini mempertemukan 339 peserta dari industri udang Indonesia, termasuk petambak udang, perusahaan pengolahan, serta produsen benih dan pakan, untuk membahas kinerja budidaya udang Indonesia terkini dan contoh peningkatan produktivitas pada tahun 2024.
Pada sesi keynote, Liris Maduningtyas, Co-Founder dan CEO JALA, memberikan penilaian mendalam mengenai kinerja industri udang Indonesia pada tahun 2023, serta wawasannya mengenai peningkatan produktivitas pada tahun 2024, dengan mengatakan, “Produktivitas rata-rata tambak udang adalah 12 ton per hektar. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik. Oleh karena itu, para petambak disarankan untuk membudidayakan udang selama 70-80 hari atau 100-110 hari.
Liris juga menekankan perlunya peningkatan penyerapan pasar lokal. Hal ini penting untuk melindungi terhadap fluktuasi harga udang lokal yang signifikan ketika pasar ekspor sedang bergejolak.
Acara tersebut mengadakan sesi diskusi panel yang bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara inovatif bagi petani untuk mengembangkan usahanya.
Selama sesi panel pertama tentang “Pembiayaan Pertanian Tingkat Berikutnya”, George Samuel, Penasihat Agro Pahari Nusantara – Produsen udang Indonesia – dan Susanto dari BRI, salah satu bank terbesar di Indonesia – membahas pentingnya pencatatan data secara berkala dan menghasilkan laporan keuangan bagi para petambak yang ingin mengajukan permohonan pembiayaan bank atau ekuitas.
“Diskusi panel mengenai pembiayaan pertanian tingkat berikutnya sangat merangsang dan memberikan wawasan yang rinci. [those] Siapa yang akan terjun ke bisnis ini,” kata Jackie, seorang petambak udang yang baru didirikan, dalam rilis JALA pasca acara.
Diskusi panel kedua mengeksplorasi salah satu tantangan terbesar bagi industri udang Indonesia – pasar global yang berfluktuasi. Mencermati kondisi pasar udang saat ini, panel membahas peningkatan jumlah udang di pasar dunia dan meningkatnya persaingan dari negara-negara seperti Ekuador dan Tiongkok. Mereka mendorong upaya peningkatan daya saing industri udang Indonesia dengan menawarkan produk udang yang bernilai tambah dan dimasak untuk mencapai harga jual yang lebih baik.
Diskusi panel ketiga membahas topik produksi benih udang, menyoroti tantangan-tantangan yang harus diatasi di sektor industri ini saat ini. Perwakilan produsen benih udang terkemuka seperti Emiliana Tian dan Henry Vijaya dari Suri Thani Bemuqa Poli larva pertama Ia naik ke panggung dan mendiskusikan cara mengatasi hambatan dalam produksi ayam.
Meluncurkan Aplikasi JALA baru, platform perangkat lunak pengelolaan tambak udang yang memungkinkan petambak memantau kondisi tambak dan mengelola budidaya melalui pengambilan keputusan berdasarkan data.
Acara tahunan JALA yang kedua dan sukses, Shrimp Outlook 2024, menjadi ajang untuk merefleksikan kinerja budidaya udang Indonesia selama setahun terakhir.
More Stories
Para hakim di Indonesia telah memulai aksi mogok selama seminggu untuk menuntut kenaikan gaji
Indonesia akan menerima lebih dari 500 kendaraan tempur dan pendukung baru
Lima spesies keong darat Indonesia mempunyai potensi sebagai obat