Indonesia – Seiring dengan semakin dekatnya pendaftaran calon presiden dan wakil presiden (capres) untuk Pemilu 2024, daftar bakal calon presiden semakin menyempit. Tiga nama: Prabowo Subianto, Kanchar Pranovo dan Anis Basvedan.
Prabowo Subianto diharapkan mencalonkan diri sebagai calon di Aliansi Indonesia Raya (KKIR) yang dicanangkan oleh Partai Kerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Kanjar Baranovo, yang telah diumumkan sebagai calon presiden oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), juga mendapat dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Anies Baswedan, sebaliknya, didukung oleh Koalisi untuk Perubahan, yang terdiri dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Beberapa perusahaan riset telah menerbitkan hasil penelitian terbaru mereka. Penelitian dan Konsultasi Saibul Mujani (SMRC), melalui saluran YouTube-nya SMRC TV, menunjukkan bahwa Prabowo Subianto hanya memiliki 59 persen dukungan pemilih yang kuat. Angka ini tertinggal dari calon presiden potensial lainnya, Anis Basveden sebesar 61 persen dan Kanjar Branovo sebesar 73 persen.
Saiful Mujani menjelaskan, temuan ini logis jika mempertimbangkan aspek dukungan partai. Gerindra, partai pendukung Prabowo, merupakan partai terbesar ketiga di parlemen, lebih kecil dari PDIP.
“Pendukung Prabowo biasanya datang dari partai lain. Mereka baru mendukung Prabowo, jadi wajar jika pilihan mereka belum tegas,” kata Saiful, Kamis (13/7).
Dia menambahkan, mereka akan menunggu perkembangan untuk memutuskan apakah mereka akan lebih nyaman mendukung Prabowo atau tidak.
Begitu pula Anies yang belum menjadi anggota partai tertentu dan tidak memiliki preferensi partai yang jelas.
Saiful menjelaskan, partai dalam banyak hal berperan sebagai jangkar untuk mengikat preferensi pemilih kepada partai politik. Dengan kata lain, posisi partai mempersempit jarak antara pemilih dan calon presiden.
“Kanjar sudah lama berhubungan dengan PDIP karena dia kader PDIP. Jadi, wajar saja jika pemilih PDIP solid di belakang Kanjar. Selain itu, jumlah pemilih PDIP lebih besar dan signifikan dibanding partai lain,” tambah Saipul.
Sementara itu, Lembaga Penelitian Indonesia (LSI) menerbitkan hasil studi terbarunya pada SelasaTentang visibilitas calon presiden potensial untuk pemilu 2024.
“Survei ini menghitung probabilitas elektoral jika pilpres diperebutkan oleh tiga calon di atas. Prabowo Subianto dipilih 35,8 persen, Kanjar Branovo 32,2 persen, dan Anis Basvedan 21,4 persen. Sekitar 10,6 persen masih ragu-ragu,” kata Direktur Eksekutif LSI Djayati Hanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Dan dilansir Senin, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto meraih 34,3 persen, Gubernur Jawa Tengah Kanjar Branowo 32,7 persen dan mantan Gubernur Jakarta Anis Baswedan 22,1 persen.
“Sisanya 10,9 persen belum diputuskan atau dirahasiakan,” ujar Hongoro Toso Pamungas, Direktur LSI Denny JA.
Selain itu, Hongoro menjelaskan tren pemilihan tiga calon presiden potensial berdasarkan data survei terbaru dari Januari 2023, Mei 2023, dan Juni 2023.
Selektivitas Prabowo Subianto meningkat, sementara selektivitas Kanjar Pranovo berubah. Adapun Anees Baswedan, pilihannya terkesan stagnan dan cenderung menurun.
Mengenai selektivitas adas manis, Pavono CumoroAnalis Indikator Politik mencatat bahwa basis pemilih Anies dan Prabowo cenderung tumpang tindih, dan Anies pada awalnya mampu menarik beberapa pendukung Prabowo.
Namun, situasinya telah berubah dan Prabowo dikatakan berhasil memenangkan kembali para pendukungnya yang kecewa.
Dukungan awal Anies datang dari pemilih yang tidak puas atau kecewa dengan kinerja Jokowi pasca keputusan Prabowo masuk kabinet Jokowi sebagai menteri pertahanan setelah kalah dalam pemilihan presiden 2019. Ini awalnya meningkatkan kelayakan Anise untuk November 2022.
Baik Anis maupun Prabowo memiliki rekor populer di kalangan pemilih Muslim. Namun, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan sepanjang 2023, dukungan awal dari basis pemilih Muslim Anees “tidak cukup” untuk mengamankan elektabilitasnya.
Danny IrvaniSurvei lain yang dilakukan oleh Direktur Riset SMRC, SMRC menunjukkan bahwa posisi ideologis Anies tidak sejalan dengan ideologi pemilih umum.
“Menurut riset kami, pemilih Indonesia cukup nasionalis lintas spektrum ideologis. Namun, Anis dianggap lebih condong ke kanan, berbeda dengan pandangan pemilih terhadap Kanjar dan Prabowo yang dinilai lebih dekat dengan nasionalisme,” Deni dijelaskan.
Selain itu, Bawono menjelaskan bahwa strategi “perubahan” Anis dan calon presiden melawan Jokowi gagal menarik lebih banyak pemilih karena ketidakpuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi.
Jajak pendapat Indikator Politik menunjukkan bahwa kepuasan publik terhadap Jokowi telah mencapai 79,2%, peringkat tertinggi dari seluruh kepresidenannya. Survei SMRC juga menunjukkan tingkat kepuasan umum sebesar 81,7%. Sebab, jumlah pemilih yang tidak puas dengan Jokowi relatif kecil.
Deni Irwani dari SMRC mengatakan situasinya kontras dengan kubu Kanjar Pranovo dan Prabowo Subianto, yang “mendapatkan keuntungan dari peningkatan kepuasan publik terhadap Jokowi.”
Anis gagal memperkuat basis pemilihnya di kalangan mantan pendukung Prabowo. “Alih-alih memperkuat dukungan dari basis pemilih Anise Prabowo, Prabowo berhasil memenangkan pemilihnya yang kecewa,” kata Pavono.
Menurutnya, ini merupakan hasil kerja keras anggota Partai Gerindra dalam memajukan Prabowo di tingkat akar rumput. Deni Irwani dari SMRC setuju dengan penilaian ini.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya