Maret 28, 2024

SUARAPALU.COM

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia, analisis, laporan khusus dari pusat kota besar termasuk Jakarta, Surabaya, Medan & Bekasi.

Ekspor Indonesia mengalami keuntungan tak terduga karena permintaan Cina dan India meningkat

ANN/ THE JAKARTA POST – Neraca perdagangan Indonesia mengalami lonjakan tak terduga di bulan Oktober karena permintaan dari negara mitra dagang terbesar Asia meningkat dan impor barang modal turun.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan naik menjadi USD5,67 miliar pada Oktober, membalikkan penurunan pada bulan sebelumnya sebesar USD4,99 miliar.

Sisi ekspor ditopang oleh ekspor minyak sawit mentah (CPO), batu bara, besi dan baja.

“Neraca perdagangan berada di zona surplus selama 30 bulan terakhir sejak Mei 2020,” kata Wakil Sekretaris BPS Bidang Statistik Jasa dan Penawaran Sedianto kepada wartawan, Selasa.

Baik ekspor maupun impor tumbuh tahun ke tahun di bulan Oktober, dengan ekspor naik 12,3 persen menjadi $24,81 miliar dan impor naik 17,44 persen menjadi $19,14 miliar. Pada bulan sebelumnya, kedua ukuran tersebut mengalami pertumbuhan year-on-year (yoy) lebih dari 20 persen. Secara month-on-month (mtm), ekspor naik 0,13 persen pada Oktober, sedangkan impor turun 3,4 persen. Pada bulan sebelumnya, terdapat penurunan mtm lebih dari 10 persen.

Joshua Burdate dari bank swasta Permata mengatakan sebagian besar penurunan mtm disebabkan oleh ekspor bahan baku dan barang modal yang lebih rendah ke Indonesia.

Pekerja menggunakan derek untuk memindahkan peti kemas di terminal di Jakarta Utara. Foto: Pos Jakarta

Hal ini mengindikasikan bahwa sektor manufaktur domestik sedang mengurangi produksi untuk mengantisipasi penurunan permintaan akibat tingginya inflasi yang berkepanjangan.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia, indikator kesehatan sektor manufaktur, turun menjadi 51,8 sebulan sebelumnya dari 53,7 di bulan Oktober.

Meski impor turun, ekspor berhasil naik tipis pada Oktober, katanya, diimbangi peningkatan volume ekspor kedua komoditas tersebut, meski harga batu bara dan CPO sedikit turun.

Peningkatan permintaan dari India dan China membantu Indonesia melampaui ekspor September, kata Joshua, menambahkan bahwa kekhawatiran resesi sejauh ini terkonsentrasi di AS dan Eropa, sementara permintaan Asia tetap stabil.

READ  Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman Transisi Energi dengan Global Energy Alliance

Selain itu, pelonggaran beberapa pembatasan COVID-19 di China baru-baru ini diyakini telah berkontribusi pada peningkatan permintaan dari negara tersebut pada bulan Oktober.

Menteri Faisal Rachman, Ekonom Bank BUMN, dalam keterangan tertulisnya, Selasa, mengatakan bank masih memperkirakan surplus perdagangan akan menyempit hingga akhir tahun.

Dia mengatakan pemulihan ekonomi domestik yang berkelanjutan akan mendorong permintaan dan menyebabkan impor yang lebih tinggi, sementara kenaikan harga komoditas akan moderat di tengah meningkatnya risiko resesi global.