JAKARTA (ANTARA) – Dua organisasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia berharap situasi politik jelang pemilihan presiden mendatang tetap positif hingga usai.
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah menegaskan pemilu harus jujur, adil dan transparan, sesuai dengan prinsip pemilu yang disepakati pada Jumat.
“Kami senang kampanye berjalan lancar dan tidak ada kejadian yang dapat mengganggu proses politik ini. Apapun hasilnya, kami berharap lancar sampai akhir,” kata Sekjen PBNU Saibullah Yusuf (Gus Ibul) di Jakarta, Jumat.
Gus Ibul mengaku tak menampik kondisi politik memanas jelang pemilihan presiden.
Meski demikian, ia berharap semua pihak dapat memposisikan diri dengan baik dan mempertimbangkan hal tersebut sebagai bagian dari dinamika politik.
Lebih lanjut dia mengatakan, pemilihan presiden merupakan proses yang harus dilakukan dalam demokrasi.
“Pemilu ini adalah sebuah proses yang harus kita lalui. Setelah itu, kita akan berkumpul kembali dan mencari cara untuk merencanakan masa depan bangsa yang lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, Sekjen Muhammadiyah Abdul Mudi mengatakan, hendaknya semua pihak menerima hasil pemilu presiden sebagai pilihan rakyat dan wujud kedaulatan rakyat.
Ia berpesan, baik pihak yang menang maupun yang kalah harus bermartabat dan mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok.
“Yang menang jangan sombong, yang kalah harus rendah hati, dan setelah pemilu kita harus bersatu kembali,” imbuhnya.
Muti mengatakan ia yakin harus ada rekonsiliasi setelah pemilu sehingga “yang menang mengambil semuanya” sementara yang kalah tersingkir.
“Saya kira itu bukan bagian dari karakter dan sistem politik kita. Kita tidak mengakui pemerintah yang berkuasa atau pihak oposisi. Semua adalah bagian dari pilar demokrasi Indonesia,” imbuhnya.
Guz Ibul dan Mutti berharap para pihak tidak mengadakan pertemuan jika terjadi perselisihan hasil pemilu presiden dan mendorong semua pihak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai mekanisme hukum.
Berita terkait: Jokowi memuji peran NU dalam menjaga Panchsheela, persatuan bangsa
Berita terkait: Jokowi Ajak Universitas Muhammadiyah Sambut Bonus Kependudukan
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya