Jakarta / Tokyo – Dari PASF yang berbasis di Jerman hingga Sumitomo Metal Mining di Jepang, banyak perusahaan asing berbondong-bondong mendirikan fasilitas pengolahan nikel di Indonesia.
Nikel merupakan komponen penting dari baterai kendaraan listrik, dan Indonesia berharap dapat menggunakan cadangannya yang melimpah untuk membangun rantai pasokan baterai dalam negeri. Namun kebijakan agresif produsen logam terbesar dunia juga telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak negatif dari nasionalisme sumber daya.
BASF dan pengolah nikel Prancis Ermet sedang mempertimbangkan untuk membangun kompleks pemurnian nikel dan kobalt di Indonesia untuk mulai beroperasi pada pertengahan tahun 2020-an. Fasilitas ini akan menyediakan 42.000 ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun untuk digunakan dalam material dengan katekin untuk baterai lithium ion.
Tambang logam Sumitomo juga menunjukkan minat yang kuat untuk menghadirkan kilang Indonesia online pada pertengahan dekade ini, sebuah investasi bernilai miliaran dolar.
Indonesia memiliki tiga kilang nikel yang sedang dibangun pada tahun 2023, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Itu memiliki fasilitas untuk perusahaan tambang negara Aneka Thambang. Proyek-proyek baru BASF dan lainnya hanya akan menambah pembangunan kapasitas Indonesia.
Perusahaan sangat tertarik pada negara karena cadangannya yang kaya. Indonesia akan memproduksi 760.000 ton nikel pada tahun 2020, dengan cadangan 21 juta ton, menurut Survei Geologi AS – orang terbesar di dunia.
Negara ini menyumbang sekitar 30% dari produksi nikel dunia dan 22% dari cadangan global, dan ini penting untuk memastikan pasokan produk baterai yang stabil.
Kebijakan Indonesia telah mendorong perusahaan untuk mendirikan kilang secara lokal. Pemerintah memberlakukan larangan ekspor bijih nikel yang belum diolah pada Januari 2020. Ia juga mengumumkan undang-undang baru pada bulan Juni yang melarang konsentrasi tembaga dan ekspor bauksit pada tahun 2023.
Indonesia telah menghadapi defisit perdagangan dalam beberapa tahun terakhir karena impor minyak bumi terus meningkat. Hambatan ekspor dirancang untuk mendorong perusahaan pengolahan bijih di Indonesia dan mengekspor produk bernilai tambah untuk mengendalikan ketidakseimbangan perdagangan, sekaligus menarik investasi, penciptaan lapangan kerja, dan memperoleh pengetahuan teknis.
Mereka juga merupakan kesempatan kedua bagi pemerintah Indonesia. Negara itu melarang ekspor bijih mineral pada 2014 hanya untuk menariknya setelah gagal menarik investasi perusahaan.
Berkat aki kendaraan listrik, dan kemudian permintaan nikel meningkat, perusahaan kini bersemangat untuk berinvestasi di Indonesia. Omnibus Act yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada November lalu bertujuan untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan mengatur regulasi yang buruk dan kompleks.
Berharap bisa mendatangkan perusahaan asing terbaik saat ini, manajemen Jokowi berharap bisa mendorong produksi aki otomotif dalam negeri. Empat lembaga pemerintah di berbagai sektor, mulai dari pertambangan hingga kelistrikan, membentuk Indonesia Battery Corporation pada Maret lalu.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia telah menyatakan tertarik untuk membantu perusahaan-perusahaan besar terkait kelistrikan, termasuk LG Cem, Tesla dan Teknologi Amperex kontemporer, atau CADL, mengembangkan rantai pasokan baterai Indonesia.
Bahil Lahadalia, Ketua Badan Penanaman Modal alias PKPM, mengatakan Indonesia akan masuk dalam jajaran negara maju dengan mendirikan industri aki kendaraan listrik.
Tetapi nasionalisme sumber daya dapat mengganggu rantai pasokan global.
Pembuat baja tahan karat Nippon Yakin Kokyo mengimpor lebih dari setengah bijih nikelnya, sebuah komponen feronicol, dari Indonesia. “Kami terpaksa beralih ke pasokan Kaledonia baru sebagai tanggapan atas pembatasan ekspor Indonesia baru-baru ini,” kata eksekutif Kenji Nagota.
Negara-negara seperti Filipina juga tertarik untuk meningkatkan produksi nikel, yang berarti kebijakan agresi akan merugikan Indonesia lebih dari yang mereka butuhkan.
Perkembangan tersebut juga mempengaruhi harga nikel. Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan larangan ekspor bijih mineral pada 2 September 2019. Pada hari yang sama, kontrak berjangka tiga bulan untuk nikel di London Metal Exchange naik menjadi 18.060 per ton – sekitar 50% di atas di bulan Juli, sebelum rumor larangan mulai menyebar.
Sejak itu harga sedikit stabil, tetapi tinggi. “Pengaruh tinggi negara-negara produsen dapat memberikan tekanan ke atas pada harga,” kata orang dalam industri.
More Stories
Para hakim di Indonesia telah memulai aksi mogok selama seminggu untuk menuntut kenaikan gaji
Indonesia akan menerima lebih dari 500 kendaraan tempur dan pendukung baru
Lima spesies keong darat Indonesia mempunyai potensi sebagai obat