Taipei, 21 April (CNA) Sekitar 200 orang menghadiri Festival Musik Kardini Taiwan di Taipei pada hari Minggu, yang memberikan penghormatan kepada mendiang pahlawan nasional Indonesia yang mengadvokasi kesetaraan perempuan.
Diadakan di Taipei City Mall, festival yang diselenggarakan oleh Radio Taiwan International (RTI) dan Taiwan Expatriate Service and Care Association ini menarik perhatian para pekerja migran Indonesia dan Taiwan.
Menampilkan beberapa pertunjukan lagu dan tari serta peragaan busana yang menampilkan pakaian tradisional “batik” Indonesia, menarik banyak penampil asal Indonesia.
Salah satunya, penyanyi Tanah Air Kiki Asiska yang terkenal dengan lagu Dangdutnya (sejenis musik daerah Indonesia) mengaku senang bisa mendapat kesempatan bertemu dengan penggemarnya asal Indonesia di Taiwan dan merayakan Hari Kartini bersama mereka.
Penyanyi berusia 32 tahun ini mengatakan bahwa video seorang pekerja migran perempuan Indonesia di Taiwan yang merawatnya saat terjadi gempa berkekuatan 7,2 skala Richter pada tanggal 3 April telah menjadi viral di Indonesia, dan ia berharap semua perempuan di Taiwan dapat melakukannya. “Memiliki hati yang baik dan mulia” seperti penjaga itu.
Yani Lindawati, seorang caregiver asal Indonesia yang bekerja di Taiwan selama sembilan tahun, menceritakan dengan gembira kepada CNA usai berdansa bersama teman-temannya. Bekerja selama 19 hari.
“Jawaban dari Pengusaha [in Taiwan] Itu sangat bagus. Saya lihat banyak buruh migran yang diperbolehkan mengambil cuti meski sedang mengurus orang sakit,” kata caregiver berusia 49 tahun itu.
Min Chou (周民宗), seorang terapis okupasi berusia 27 tahun, berkata bahwa dia melewati festival tersebut dan memutuskan untuk berpartisipasi, dan mendapati semua orang sangat ramah dan antusias.
Chow mengatakan, karena sifat pekerjaannya, ia secara teratur berinteraksi dengan perawat Indonesia sambil memberikan layanan di rumah pasien lanjut usia dan sebagian besar dari mereka serius dan rajin dalam menjalankan tugasnya.
Dia mengatakan bahwa dia lebih akrab dengan pekerja migran dibandingkan kebanyakan orang Taiwan dan sering berbagi wawasan dan pengalamannya dengan teman-teman dan komunitas online setiap kali muncul diskusi tentang pekerja migran.
“Saya mencoba membantu menjernihkan kesalahpahaman atau miskonsepsi yang dimiliki masyarakat,” kata Chow.
Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April memperingati hari lahir pahlawan nasional Indonesia, Radan Ageng Kartini, pelopor pendidikan perempuan dan pemberdayaan perempuan pada masa penjajahan Belanda.
Pantas saja hal ini dirayakan di Taiwan, dan Presiden RTI Cheryl Lai (賴秀如) menggambarkan semua pekerja migran perempuan di Taiwan sebagai “Kartini”.
Lai mengatakan sekitar 70 persen dari sekitar 280.000 pekerja migran Indonesia di Taiwan adalah perempuan, dan mereka telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi Taiwan, khususnya di sektor perawatan.
Ia menekankan keberanian mereka dalam menghadapi tantangan seperti gempa 3 April.
“Mereka melindungi orang yang lebih tua, dan mereka lebih berani bekerja daripada berlari saat terjadi gempa,” katanya, seraya menambahkan bahwa penting bagi masyarakat Taiwan untuk menunjukkan apresiasinya kepada mereka, itulah sebabnya Rti menyelenggarakan festival tersebut.
Ketika ditanya bagaimana cara memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat Indonesia di Taiwan, Lai mengatakan bahwa Rti ingin menyiarkan lebih banyak program siaran langsung dan program berita di saluran berbahasa Indonesia karena “itulah yang mereka perlukan ketika bekerja di Taiwan.”
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya