“Sebagian besar korban tewas tertimpa bangunan. Beberapa orang dipukul di bagian kepala,” kata Hermann Suhrmann, Presiden Kabupaten Cianjur. “Yang bisa Anda dengar di sini hanyalah sirene ambulans di mana-mana.”
Menurut pejabat, lebih dari 2.200 rumah rusak dan sekitar 13.000 orang mengungsi. Menurut Survei Geologi AS, gempa tersebut terjadi pada kedalaman enam mil (10 kilometer), menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Tayangan televisi lokal menunjukkan kerumunan orang yang terluka, beberapa dibalut dan berdarah, bergegas ke rumah sakit dan klinik untuk perawatan. Beberapa dibawa dengan ambulans, tetapi yang lain, termasuk anak kecil, dibawa dengan sepeda motor atau dijemput oleh kerabat, kata saksi mata.
Pasien di Rumah Sakit Cianjur harus dibawa keluar dengan tandu, beberapa khawatir bangunan itu akan runtuh. Beberapa anggota kerumunan berlari ke dalam untuk mengambil meja dan peralatan lain untuk membawa korban luka ke tempat aman, kata penduduk setempat.
Ricky Susan, seorang jurnalis lokal di Cianjur, sedang minum kopi di kamp tentara ketika gempa terjadi. Pada saat dia berlari keluar, gedung di belakangnya masih berguncang hebat, dan sebuah minimarket di seberang barak telah hancur.
“Saya melihat sekelompok pekerja minimarket berdiri di luar reruntuhan dan mereka semua menangis,” katanya. “Mereka memberi tahu saya bahwa salah satu dari mereka tidak keluar dan terkubur di reruntuhan.”
Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Suhariando, mengatakan prioritasnya adalah menyelamatkan korban luka dan membawa mereka ke perawatan medis. Seperti kebanyakan orang Indonesia, dia menggunakan satu nama.
Akses ke daerah yang terkena dampak mungkin menjadi masalah setelah gempa bumi, yang tampaknya telah merusak infrastruktur secara signifikan di daerah tersebut. Layanan listrik dan telepon seluler terganggu di wilayah Cianjur.
Twikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Iklim, dan Geofisika Indonesia, mengatakan dalam konferensi pers bahwa gempa tersebut memicu tanah longsor di pinggiran Siangjur, memutus akses jalan dari Puncak Pass, jalur gunung di Jawa Barat.
Dia mengatakan 45 gempa susulan dilaporkan, tetapi tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan.
Gempa itu dilaporkan dirasakan di kota-kota tetangga Sukabumi dan Bandung. Penduduk ibu kota Jakarta, sekitar 60 mil (100 kilometer) barat laut Siangjur, juga merasakan goncangan yang signifikan saat gempa melanda, dan beberapa bangunan dievakuasi.
Indonesia berada di zona seismik dan sering mengalami gempa bumi, apalagi jika diikuti tsunami yang dapat menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Pada tahun 2018, gempa bermagnitudo 7,5 diikuti oleh tsunami. Pulau Sulawesi Tengah Menurut PBB, lebih dari 2.000 orang tewas. Pada tahun 2009, terjadi gempa bumi Sumatera Selatan menyebabkan 1.117 kematian.
Indonesia sering mengalami kejadian cuaca ekstrim dan bencana alam lainnya di penghujung tahun, seringkali dipengaruhi oleh hujan monsoon yang deras yang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor.
“Kita harus waspada,” Ridwan Kamil, gubernur provinsi Jawa Barat, mengatakan kepada wartawan lokal, menambahkan bahwa pemerintah siap menanggapi setiap kemunduran atau keadaan darurat lainnya.
“Musim bencana di akhir tahun, menakutkan,” katanya.
Rebecca Tan di Singapura berkontribusi pada laporan ini.
More Stories
Sedikitnya 20 WNI diusir dari Lebanon: FM
Industri TPT Indonesia terancam dengan masuknya impor
Penawaran dan permintaan: BIAS Indonesia berupaya meningkatkan kemampuan pertahanan pada tahun 2024