Takulandang, Indonesia (Reuters) – Antelmus Paulus, 67, meninggalkan rumahnya di Pulau Takulandang yang tidak dapat dihuni setelah gunung berapi Ruang di Indonesia meletus pada hari Selasa, mendorong pihak berwenang untuk mengevakuasi lebih dari 12.000 orang.
Rumah beratap seng Antelmus, sekitar 7 km (4,35 mil) dari gunung berapi setinggi 725 meter (2378,61 kaki), rusak berat akibat material yang dikeluarkan.
“(Gunung berapi) memuntahkan bebatuan dan berlangsung setidaknya selama tiga jam,” katanya kepada Reuters, Kamis. “Sekarang aku tidak punya tempat tinggal.”
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah memperingatkan kemungkinan terjadinya tsunami akibat material vulkanik yang jatuh ke laut.
Sulsey Ansar, yang tinggal di pulau lain, mengatakan letusan hari Selasa itu “lebih buruk” dibandingkan letusan yang memaksa ratusan orang mengungsi bulan lalu.
“Saya ingat melihat awan merah vulkanik bertiup di udara disertai abu vulkanik menghujani pulau. Saya harus lari jauh malam itu,” ujarnya.
Video yang dibagikan oleh badan bencana Indonesia menunjukkan kilat menyambar di atas kawah Ruang saat meletus pada hari Selasa.
Reuters melihat atap sebagian besar rumah di Pulau Tagulandang runtuh, dan jalan serta puing-puing bangunan tertutup lapisan abu vulkanik yang tebal.
Sulz dan Antelmus menunggu keberangkatan ke Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara di bagian utara-tengah kepulauan Indonesia yang luas.
Hingga Kamis sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 3.364 orang telah dievakuasi dari Pulau Takulandang, dan lebih dari 5.000 orang masih bertahan.
Ketua BNPB Suharyanto, hanya menyebut satu nama, memperkirakan warga yang tersisa akan digusur dalam tiga hari ke depan.
Keadaan darurat, yang berlaku hingga 14 Mei, telah diumumkan oleh pemerintah daerah untuk memfasilitasi akses bantuan, meskipun bandara di Manado akan tetap ditutup hingga hari Jumat, kata para pejabat.
(Laporan Yuddy Cahya Budiman, Ananda Teresia dan Stanley Widianto; Editing oleh Emilia Sithole-Madaris)
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya