Pembuat sepeda listrik Malaysia, Triletric, terus berkembang pesat di seluruh Asia Tenggara. Pada 14 April 2021, perusahaan mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani perjanjian usaha patungan dengan distributor Indonesia PT Pacific Energy Engineering dan Dewan Nahdatul Ulama untuk membawa 200.000 dari 100 persen sepeda listriknya ke Indonesia selama tiga tahun ke depan.
EV Trilitric saat ini Rangkaian produk ini, seluruhnya dibuat di Malaysia, menggunakan baterai ion litium Quick-Swap milik perusahaan. Kisarannya adalah 85 hingga 120 kilometer dengan ongkos atau 53 hingga 74,5 mil. Kecepatan rata-rata 65 hingga 90 kilometer per jam atau 40 hingga 56 mil per jam.
Di bawah kemitraan yang direncanakan dengan distributor Indonesia, TriLetric berencana untuk menjual 10.000 sepeda pada tahun 2021, dengan rencana tambahan untuk mencapai 200.000 unit pada akhir tahun 2023. Rencana ke depan termasuk membangun pabrik perakitan tambahan di Indonesia. Tingkatan yang memenuhi kebutuhan di daerah.
“Trilitric adalah pelopor dalam membawa sepeda motor listrik otomotif dari Malaysia ke kawasan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan sekitarnya,” kata CEO Trilithric Datuk Viswanathan Menon dalam sebuah pernyataan.
“Kami senang dapat bermitra dengan PD Pacific Energy Engineering dan PPNU di Indonesia untuk menyediakan pilihan transportasi yang lebih bersih, aman dan terjangkau dengan teknologi EV kami yang canggih. Menyediakan dan, yang lebih penting, membantu memberikan dampak positif terhadap lingkungan sebagai secara keseluruhan, ”lanjutnya.
Perusahaan ini pertama kali mengekspor sepeda listriknya ke Thailand dan Indonesia pada tahun 2020, dimulai dengan hanya 50 sepeda yang relatif sederhana. Hingga April 2021, ada rencana untuk mengekspor 15.000 sepeda tambahan tahun ini. Rencana masa depan Trilitric termasuk mengekspor sepedanya ke Filipina dan Kamboja. Seluruh kawasan ASEAN meliputi Malaysia, Thailand, Indonesia, Kamboja, Vietnam, Filipina, Laos, Singapura dan Brunei.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya