JAKARTA, 7 Juni (Xinhua) — “Kita semua tahu bahwa perekonomian Tiongkok adalah faktor terpenting dalam kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi kawasan ini,” kata Rizal Sukma, peneliti senior di lembaga pemikir terkemuka di Indonesia, Pusat Kajian Strategis dan Internasional. .
Dalam wawancara eksklusif dengan Xinhua pada hari Kamis, Sukma, mantan duta besar Indonesia untuk Inggris, menekankan peran penting perekonomian Tiongkok dalam kemakmuran dan pembangunan kawasan Asia-Pasifik, dan yakin akan kemampuan Tiongkok dalam menghadapi tantangan.
“Tidak masuk akal mengharapkan Tiongkok akan runtuh, seperti yang diyakini beberapa analis, karena kami yakin Tiongkok adalah negara yang besar dan mampu menghadapi semua tantangan. Penyesuaian akan terjadi,” katanya.
Merefleksikan perkembangan Tiongkok, Sukma memuji pencapaian luar biasa Tiongkok dalam pengentasan kemiskinan dan kemajuan teknologi.
“Bagi saya, aspek yang paling mengesankan adalah terangkatnya jutaan orang keluar dari kemiskinan. Ini bukan hanya soal jumlah, tapi juga jangka waktu singkat terjadinya hal ini. Ini adalah hasil dari kebijakan yang dirancang dengan baik oleh pemerintah Tiongkok,” dia berkata.
Sukma mencatat bahwa Tiongkok, mitra dagang terbesar dan sumber investasi utama Indonesia, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.
Ke depan, beliau menyoroti tiga bidang utama untuk memperkuat kerja sama Indonesia-Tiongkok, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan investasi di sektor manufaktur Indonesia, bantuan Tiongkok dalam membantu Indonesia menemukan pasar baru, dan mempercepat kerja sama di bidang sumber daya manusia dan teknologi.
Membahas implikasi global dari kecerdasan buatan (AI), Sukma menekankan perlunya kerja sama internasional untuk mengatur AI secara efektif, dimana Tiongkok memainkan peran kuncinya.
“Mengelola dampak negatif dari teknologi baru seperti AI sangatlah penting. Hal ini memerlukan diskusi global untuk mengendalikan AI secara efektif. Tiongkok dapat memimpin diskusi ini mengingat kemajuannya dalam AI,” tegasnya.■
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya