Tiga minggu setelah bulan puasa, jumlah kasus meningkat tajam di Jawa dan Sumatera, dengan jutaan orang melarikan diri ke seluruh nusantara meskipun ada larangan perjalanan sementara.
Di Gudas, Jawa Tengah, jumlah kasus naik menjadi 7,594%, menurut Viku Adisasmito dari gugus tugas Pemerintah-19 Indonesia. Bantuan kesehatan telah dibawa, tetapi media lokal melaporkan bahwa kapasitas rumah sakit telah mencapai 90%.
Deafman Geoffrey, ahli epidemiologi Universitas Andalas Padang, mengatakan jumlah korban tewas di Sumbar pada Mei merupakan yang tertinggi.
Di Riya, Sumatera, jumlah kasus harian meningkat dua kali lipat sejak awal April hingga pertengahan Mei, sementara tingkat positifnya adalah 35,8% minggu lalu, kata Wildon Asban Hasibuan, seorang ahli epidemiologi dan penasihat kelompok kerja provinsi.
Wilton mengaitkan lonjakan tersebut dengan meluasnya pergerakan dan penyebaran strain virus corona yang menyebabkan lonjakan besar di banyak negara.
Sulit untuk menentukan dampak variasi di Indonesia yang memiliki potensi sekuensing genetik rendah.
Ada uji coba dan jejak di negara ini, dan upaya imunisasinya perlahan maju, dengan satu dari 18 orang sejauh ini divaksinasi penuh terhadap target.
Studi terbaru menunjukkan bahwa Asia mungkin memiliki lebih dari 1,9 juta infeksi yang diketahui.
“Jika kita tidak mengubah strategi kita, kita akan menghadapi letusan tuntutan hukum di masyarakat dan jumlah korban tewas akan meningkat,” katanya.
“Ini berarti cepat atau lambat akan mencapai tingkat yang sangat rentan … kita akan menghadapi ledakan kasus yang mungkin tidak kita miliki atau tidak dapat kita tangani di fasilitas kesehatan kita.”
More Stories
Sedikitnya 20 WNI diusir dari Lebanon: FM
Industri TPT Indonesia terancam dengan masuknya impor
Penawaran dan permintaan: BIAS Indonesia berupaya meningkatkan kemampuan pertahanan pada tahun 2024