JAIPURA, Indonesia (AP) – Sedikitnya enam orang tewas dan sekitar 30 orang hilang setelah separatis bersenjata menyerang pasukan militer Indonesia yang dikirim untuk menyelamatkan seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh pemberontak di provinsi Papua yang bergolak di Indonesia, kata para pejabat, Minggu.
Laporan awal dari militer mengatakan sekitar 36 tentara berada di sebuah pos di kabupaten pegunungan Nduga ketika penyerang dari Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap bersenjata dari Gerakan Papua Merdeka, melepaskan tembakan pada hari Sabtu.
Menurut laporan militer yang dilihat wartawan, sedikitnya enam orang tewas dan 21 lainnya mengungsi ke hutan. Seorang juru bicara militer membenarkan bahwa hanya satu orang yang tewas. Sembilan tentara dilaporkan ditangkap oleh para pemberontak.
Juru bicara militer Papua Kolonel Herman Daryaman mengatakan para prajurit itu adalah bagian dari regu pencarian pilot Selandia Baru Philip Mark Mehrtens. Untuk Susi Air, maskapai penerbangan Indonesia dibajak oleh pemberontak pada bulan Februari.
Dia mengatakan pihak berwenang sedang mencari sekitar 30 tentara.
“Belum diketahui secara pasti berapa prajurit Indonesia yang tewas dan terluka,” kata Daryaman. “Kami masih melakukan pencarian, namun hujan lebat, cuaca berkabut, dan komunikasi yang buruk menghambat upaya pencarian dan evakuasi kami.”
Julius Widjojono, juru bicara Tentara Nasional Indonesia, atau TNI, mengatakan pada konferensi pers di ibukota Jakarta bahwa operasi pencarian akan dilakukan “dengan kekuatan maksimum”.
Dia mengatakan para pemberontak menghadapi pasukan ketika mereka mencoba menyisir daerah dekat posisi pilot dan para penculiknya. Gerilyawan menembak mati seorang tentara yang jatuh ke jurang sedalam 15 meter (49 kaki), dan melancarkan serangan kedua saat pasukan mengambil tubuhnya, kata Widjojono. Dia telah mengkonfirmasi hanya satu kematian sejauh ini.
Juru bicara pemberontak Sebi Sambom mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pejuang kelompok itu melakukan serangan itu sebagai balas dendam atas pembunuhan dua pemberontak dalam baku tembak dengan pasukan keamanan Indonesia bulan lalu. Sembilan anggota pasukan elit militer Indonesia tewas dalam serangan hari Sabtu, katanya.
Sampom mendesak pemerintah Indonesia untuk menghentikan operasi militernya di Papua. Dia juga mengatakan timnya telah menawarkan untuk bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk pilot yang mereka sandera, tetapi tidak mendapat tanggapan.
“Pemerintah Indonesia harus menghentikan operasi keamanannya di Papua dan siap bernegosiasi dengan para pemimpin kita di bawah mediasi pihak ketiga yang netral di PBB,” kata Sambom.
Witjojono mengatakan operasi militer di Papua dilancarkan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa yang tinggi.
“TNI tidak pernah lengah dalam menjaga kedaulatan wilayah kita,” kata Widjojono. “Terus dilaksanakan di Papua.”
Pada bulan Februari, gerilyawan menyerang sebuah pesawat bermesin tunggal dan menculik pilotnya tak lama setelah pesawat itu mendarat di lapangan terbang kecil di Barrow, di distrik Nduga yang terpencil. Pesawat itu awalnya dijadwalkan untuk menjemput 15 pekerja konstruksi yang membangun pusat kesehatan setelah pemberontak separatis mengeluarkan ancaman pembunuhan.
Pertempuran hari Sabtu adalah yang terbaru dari serangkaian insiden kekerasan dalam beberapa tahun terakhir di Papua, bekas jajahan Belanda di Papua bagian barat yang secara etnis dan budaya berbeda dari sebagian besar wilayah Indonesia. Bentrokan antara penduduk asli Papua dan pasukan keamanan Indonesia sering terjadi.
Papua dianeksasi oleh Indonesia pada tahun 1969, kesepakatan palsu PBB yang dilihat secara luas. Sejak itu, pemberontakan tingkat rendah membara di wilayah yang terbagi menjadi dua provinsi, Papua dan Papua Barat.
Serangan gerilyawan telah meningkat selama setahun terakhir, menewaskan puluhan gerilyawan, pasukan keamanan dan warga sipil.
___
Karmini melaporkan dari Jakarta, Indonesia.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya