“Saya takut, saya tidak ingin mengulanginya lagi,” kata Kahyani, yang dirawat karena luka bakar parah di sebuah rumah sakit di Padang Panjang, provinsi Sumatera Barat, sekitar 40 km (25 mil) dari gunung berapi tersebut.
Letusan Marabi pada hari Minggu adalah yang ketiga sepanjang tahun ini, dan yang paling mematikan sejak tahun 1979.
Lima puluh dua orang selamat dari ledakan tersebut, termasuk Kahyani dan temannya Vidya Ajamul Fathila, yang berlindung di balik batu besar di sisi gunung berapi, saat tanah berguncang sehingga sulit untuk menghirup udara yang dipenuhi asap belerang.
“Saya dan dia sudah mengalami hipotermia, tangan dan kaki kami panas, dan kami menggigil hebat,” tambah Kahyani.
Gadis-gadis itu bersama tiga temannya yang juga berusaha melarikan diri dari ledakan tersebut. Semua teman ini sudah mati.
Setelah beberapa jam, tim penyelamat akhirnya tiba.
“Kami minta digendong dan saya tidak mau menggunakan tandu karena sudah kesakitan,” kata Kahyani.
Dia menambahkan bahwa ini adalah pendakian pertamanya dan akan menjadi yang terakhir.
Sejak tahun 2011, badan vulkanologi Indonesia telah mendesak lembaga konservasi setempat dan kementerian lingkungan hidup untuk menutup radius 3 km dari puncak bagi para pendaki.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya