November 23, 2024

SUARAPALU.COM

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia, analisis, laporan khusus dari pusat kota besar termasuk Jakarta, Surabaya, Medan & Bekasi.

Korban Letusan Marabi di Indonesia Bersumpah Tidak Akan Mendaki Lagi: ‘Saya Tidak Mau’

Korban Letusan Marabi di Indonesia Bersumpah Tidak Akan Mendaki Lagi: ‘Saya Tidak Mau’

Tita Kahyani beruntung masih hidup. Pendaki pertama berusia 24 tahun itu turun dari puncak IndonesiaSaat letusan Marabi mulai mengeluarkan asap tebal, bebatuan dan abu, akhirnya menewaskan 23 pendaki.

“Saya takut, saya tidak ingin mengulanginya lagi,” kata Kahyani, yang dirawat karena luka bakar parah di sebuah rumah sakit di Padang Panjang, provinsi Sumatera Barat, sekitar 40 km (25 mil) dari gunung berapi tersebut.

Dengan ketinggian 2.891 meter (9.485 kaki), Marabi adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, salah satu yang disebut gunung berapi “”. Cincin ApiSabuk tektonik menyumbang dua pertiga dari jumlah total gunung berapi di dunia.

02:18

Orang yang selamat mengenang pelariannya yang panik karena 23 orang dikhawatirkan tewas setelah gunung berapi di Indonesia meletus

Orang yang selamat mengenang pelariannya yang panik karena 23 orang dikhawatirkan tewas setelah gunung berapi di Indonesia meletus

Letusan Marabi pada hari Minggu adalah yang ketiga sepanjang tahun ini, dan yang paling mematikan sejak tahun 1979.

Lima puluh dua orang selamat dari ledakan tersebut, termasuk Kahyani dan temannya Vidya Ajamul Fathila, yang berlindung di balik batu besar di sisi gunung berapi, saat tanah berguncang sehingga sulit untuk menghirup udara yang dipenuhi asap belerang.

“Saya dan dia sudah mengalami hipotermia, tangan dan kaki kami panas, dan kami menggigil hebat,” tambah Kahyani.

Gadis-gadis itu bersama tiga temannya yang juga berusaha melarikan diri dari ledakan tersebut. Semua teman ini sudah mati.

Kami minta digendong dan saya tidak mau menggunakan tandu karena kami sudah kesakitan

Tida Kahyani, penyintas letusan Gunung Marabi

Setelah beberapa jam, tim penyelamat akhirnya tiba.

“Kami minta digendong dan saya tidak mau menggunakan tandu karena sudah kesakitan,” kata Kahyani.

Dia menambahkan bahwa ini adalah pendakian pertamanya dan akan menjadi yang terakhir.

Sejak tahun 2011, badan vulkanologi Indonesia telah mendesak lembaga konservasi setempat dan kementerian lingkungan hidup untuk menutup radius 3 km dari puncak bagi para pendaki.

READ  Posisi Indonesia tentang Uyghur konsisten, tetapi dipertanyakan - akademik