Indonesia dan Komisi Sungai Mekong (MRC) telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) bersejarah yang akan memulai kerja sama yang lebih erat di bidang pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumber daya air, adaptasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
MoU tersebut ditandatangani di hadapan Saleumxay Kommasith, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Laos, dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pada acara Retret Menteri Luar Negeri ASEAN di Luang Prabang, Laos pada 28 Januari.
Laos adalah ketua bergilir ASEAN pada tahun 2024. Indonesia merupakan negara non-Mekong pertama di ASEAN yang menandatangani Nota Kesepahaman dengan MRC.
Kedua belah pihak berharap bahwa MoU ini akan memfasilitasi pertukaran ide, pengalaman dan praktik terbaik untuk mengatasi permasalahan terkait air dan memajukan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Menurut siaran pers bersama antara Indonesia dan MRC pada tanggal 28 Januari, kolaborasi ini akan fokus pada peningkatan kapasitas, pertukaran keahlian teknis, dan pelaksanaan proyek di beberapa bidang utama. Proyek-proyek tersebut akan mencakup pengelolaan sumber daya air, irigasi, ketahanan terhadap perubahan iklim, manajemen risiko bencana, perikanan darat berkelanjutan, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang terkait dengan air dan pariwisata.
“Indonesia menyadari pentingnya Daerah Aliran Sungai Mekong bagi negara-negara Mekong dan kawasan ASEAN yang lebih luas, dan pentingnya peran MRC dalam mendorong kerja sama dalam mengembangkan sumber daya air bersama di Asia Tenggara,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Sidi Nugraha Mauludia dalam pernyataannya. .
“Kami menghargai minat Indonesia untuk bekerja sama dan mendukung mandat dan misi MRC,” kata Anoulak Kittikhoun, CEO Sekretariat MRC.
Kittikhoun menambahkan bahwa MRC telah berjanji untuk berbagi keahliannya dan berharap untuk mendapatkan pengalaman “berharga” dan pelajaran “sukses” dari Indonesia.
“Sebagai pusat pengetahuan di kawasan ini, MRC bangga dapat berkontribusi dalam memperkuat kerja sama regional Mekong dan ASEAN dalam pengembangan dan pengelolaan air berkelanjutan,” ujarnya.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya