A. Analisis situasional
Interpretasi dari bencana
Pada Sabtu, 1 Agustus 2020, banjir bandang menggenangi 29 rumah dan merusak 64 rumah di Kabupaten Polang Mongondo selatan Provinsi Sulawesi Utara. Sebelum banjir bandang, masyarakat sudah kebanjiran akibat hujan deras yang terus mengguyur sejak 26 Juli 2020. Banjir bandang tersebut dipicu oleh hujan deras yang berlangsung sejak pukul 18:45 hingga 19:05 waktu setempat pada 31 Juli 2020. Ada beberapa sungai di Bologna, Toluva, Salongo, Nunuka, Mongolia dan Milankotan.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Indonesia (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, PPPT), sebanyak 1.327 rumah (4.308 jiwa) milik 11 desa di tiga kecamatan terdampak banjir. Di Desa Salongo, Toluya, Sokuo dan West Salongo di Kecamatan Bolang Uki, banjir melanda 1.032 rumah (3.188 jiwa); Desa Biniha, Biniha Selatan, Halabolu dan Sindaka di Kecamatan Helumo berdampak pada 223 rumah (870 orang); Sebanyak 62 rumah (250 orang) terkena dampak di desa Bagu Jaya, Milangoda dan Milangoda Barat di sub-distrik Dominika. Satu orang hilang akibat banjir bandang. Banjir bandang menghancurkan empat jembatan di daerah itu, membuat akses sulit. Namun, masyarakat membangun jembatan sementara dengan menggunakan kayu dan sumber daya lokal.
Menyikapi keadaan darurat banjir yang dimulai sejak 25 Juli 2020, Pemerintah Kabupaten Bolang Mongondo Selatan menyatakan keadaan darurat dini untuk wilayah tersebut mulai 26 Juli hingga 6 Agustus 2020. Sehubungan dengan kerusakan akibat banjir bandang pada tanggal 1 Agustus 2020, diputuskan untuk memperpanjang keadaan darurat sampai dengan tanggal 26 Agustus 2020 (berdasarkan Surat Bupati No. 158/2020 tentang Pemberitahuan Darurat Banjir Polang Mongondo Selatan dan Respons Tanah Longsor). Menurut laporan lapangan, banjir telah surut di sebagian besar wilayah yang terkena dampak.
Sejak 4 Agustus 2020, terdapat delapan kasus terkonfirmasi COVID-19 di Kabupaten Mongondo Polang Selatan, dan tujuh telah berhasil diselamatkan. Hingga saat ini, tidak ada kasus positif yang dilaporkan dari zona evakuasi. Sebaliknya, pasien demam berdarah dilaporkan berada di daerah yang terkena dampak awal tahun ini. Dari Januari hingga November 2020, 12 pasien DBD dan 1 kematian dilaporkan di Polang Mongondo selatan. Menurut otoritas kesehatan setempat, ini karena Musim hujan dan sistem drainase yang buruk di daerah tersebut. Penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare bakteri, tipus, hepatitis A dan hepatitis E semuanya lazim di Indonesia. Diare adalah salah satu dari sepuluh penyebab kematian tertinggi di negara ini. Demam berdarah menyebar di banyak kota dan kota kecil di negara ini dan tingkat infeksi meningkat setiap tahun. Diperkirakan sekitar 80 persen rezim dan kota terpengaruh.
More Stories
Sedikitnya 20 WNI diusir dari Lebanon: FM
Industri TPT Indonesia terancam dengan masuknya impor
Penawaran dan permintaan: BIAS Indonesia berupaya meningkatkan kemampuan pertahanan pada tahun 2024