Perusahaan teknologi pengukuran asal Finlandia, Vaisala, telah menandatangani kontrak dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia untuk memodernisasi empat belas bandara di Indonesia.
Kontrak tersebut, senilai EUR 25 juta, memerlukan peningkatan sistem dan peralatan meteorologi bandara untuk memperkuat keselamatan dan ketahanan cuaca, dan merupakan proyek meteorologi penerbangan terbesar di Vaisala.
“Keamanan maskapai penerbangan seharusnya tidak menjadi sebuah hak istimewa. Di mana pun Anda tinggal, Anda dapat yakin bahwa penerbangan Anda dilindungi oleh sistem pemantauan cuaca otomatis yang canggih,” kata Jarko Sairanen, Wakil Presiden Eksekutif Meteorologi dan Lingkungan Vaisala. “Hal ini terutama berlaku di Indonesia, dimana iklim tropis membawa badai petir dan kejadian cuaca lainnya yang dapat berdampak serius terhadap keselamatan penumpang dan awak darat.”
Proyek ini dibiayai oleh Fasilitas Investasi Sektor Publik Finlandia (PIF), yang memenuhi syarat untuk proyek-proyek di negara-negara berkembang yang mematuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Mulai tahun 2025 akan berjalan selama tiga tahun.
“Pesanan tersebut mencakup teknologi cuaca penerbangan tercanggih, termasuk Sistem Pengamatan Cuaca Otomatis (AWOS) AviMet untuk delapan bandara dan sistem peringatan geser angin yang menghubungkan radar cuaca X-band dan lidar angin kami ke empat bandara. juga menyertakan model SILAM dari Institut Meteorologi Finlandia yang dapat digunakan untuk memperkirakan pergerakan awan abu letusan gunung berapi. Karena Indonesia terletak di Cincin Api Pasifik, hal ini akan menjadi tambahan yang signifikan bagi keselamatan penerbangan Indonesia ,” pungkas Sairanen.
Karena pesatnya pertumbuhan pasar penerbangan Indonesia, investasi pada infrastruktur bandara merupakan langkah penting menuju stabilitas industri. Bandara terbesar di negara ini adalah Jakarta Soekarno-Hatta, Bali Ngurah Rai dan Surabaya Juanda.
Foto: Vaisala
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya