Indonesia semakin fokus pada politik internasional. Indonesia berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan perannya sebagai ketua ASEAN tahun ini setelah berhasil menjadi tuan rumah KTT G20 tahun lalu, mengatasi ketegangan antara AS dan China serta perang di Ukraina. Indonesia, yang memiliki reputasi sebagai kebijakan luar negeri nonblok yang kukuh selama bertahun-tahun, telah meningkatkan upaya dengan Amerika Serikat dan mulai terlibat dengan BRICS. Partisipasi dalam pertemuan puncak kelompok.
Profil internasional yang aktif ini menimbulkan pertanyaan tentang tatanan internasional seperti apa yang diwujudkan oleh Presiden Joko Widodo. Dijuluki”Seorang pria yang berkonflikMantan analis Lowy Institute Ben Bland mengatakan peran Jokowi yang semakin aktif dalam beberapa tahun terakhir selama masa kepresidenannya menunjukkan visi yang lebih besar untuk membentuk keterlibatan regional dan global Indonesia di bawah pemerintahannya.
Dalam artikel baru Urusan luar negeri, saya berpendapat bahwa Widodo mengadopsi pandangan pragmatis dan ekonomi tatanan internasional. Widodo, yang kerap disapa Jokowi, menekankan tujuan tatanan internasional untuk mengejar pemerataan pembangunan ekonomi bagi negara-negara kecil dan menengah. Tatanan internasional harus didasarkan pada kedaulatan dan integritas teritorial, kesetaraan kedaulatan, dan pluralisme baru yang secara adil memberikan barang publik. Dan, bagi Widodo, harus ada tatanan internasional Terbuka untuk kekuatan ekonomi baru yang muncul memainkan peran yang semakin penting di abad ke-21.
Widodo berpendapat bahwa kerangka keuangan global harus direformasi dengan mengurangi dominasi sekelompok negara.
Pandangan ini tidak sesuai dengan sistem ekonomi global Barat. Widodo mengkritik sistem ekonomi global yang dominan lembaga keuangan internasional, termasuk Bank Dunia, Dana Moneter Internasional dan Bank Pembangunan Asia. Widodo berpendapat bahwa kerangka keuangan global perlu direformasi dengan mengurangi dominasi sekelompok negara dan membuka lebih banyak ruang bagi kekuatan ekonomi baru.
Sambil mengkritik tatanan internasional saat ini, Widodo tidak menolak legitimasinya. Sebagai ketua G-20, Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia Dana Kesiapsiagaan Pandemi Global Untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, Widodo mengkritik kegagalan dari apa yang disebut “tatanan internasional liberal” untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang adil di antara negara-negara dan ingin memainkan lebih banyak suara dan peran dalam politik dunia.
Di balik kritik ini adalah upaya Jokowi untuk proyek infrastruktur dan investasi yang ambisius, terutama setelah pandemi Covid-19. Segera setelah menjadi Presiden, Widodo A Kebijakan luar negeri dengan agenda ekonomi berat. Sejalan dengan visi tersebut, Widodo meluncurkan proyek infrastruktur ringan dengan investasi dari perusahaan internasional besar dan badan usaha milik negara. Dia juga mencoba menggalang dana untuk memindahkan ibu kota negara.
Visinya untuk tatanan internasional yang berubah pasti mengarah pada peningkatan keterlibatan Indonesia dengan China yang sedang bangkit. Ketidakpuasan Widodo terhadap tatanan internasional liberal yang dipimpin Barat sangat cocok dengan komitmen China terhadap investasi dan perdagangan serta penekanannya pada prinsip kedaulatan dalam kerja sama ekonomi. China membantu Indonesia selama pandemi, menyediakan vaksin dan alat pelindung diri. Lebih penting lagi, Indonesia juga diuntungkan Inisiatif Sabuk dan Jalan Dengan proyek investasi besar-besaran, terutama di industri ekstraktif dan pembangunan infrastruktur.
Peningkatan keterlibatan ini bukannya tanpa biaya. Ada kekhawatiran tentang bagaimana ketergantungan pada investasi China dapat mempengaruhi posisi Indonesia sengketa Laut China Selatan Atau Komentar Kritik terhadap Indonesia Kesepakatan kapal selam bertenaga nuklir AUKUS Termasuk Australia, Inggris dan Amerika Serikat.
Bagi Australia, model-model ini menunjukkan perbedaan strategis dalam membentuk hubungan dengan Indonesia. Karena Jokowi telah berusaha untuk memperkuat kemitraan ekonomi Indonesia-Australia selama dua tahun terakhir, ini tidak berarti bahwa Indonesia akan meninggalkan hubungan yang konstruktif antara kedua negara. Namun, pandangan Widodo menunjukkan perbedaan pandangan Indonesia terhadap politik internasional dari Australia dan Amerika Serikat.
Pendekatannya penting untuk dipahami dalam konteks politik dalam negeri yang akan membentuk kebijakan luar negeri Indonesia pascapemilu 2024. Dua pemain unggulan, Bravo Subianto Dan Kanchar PranovoDengan dukungan Widodo, ia kemungkinan akan melanjutkan kebijakan luar negeri Widodo sebagai kandidat oposisi. Adas manis Busved Pendekatan internasional Widodo tidak jauh berbeda. Ini menunjukkan bahwa presiden berikutnya dapat melanjutkan “doktrin Jokowi” di masa depan.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya