Parlemen Indonesia pada hari Selasa menyetujui Jenderal Agus Subianto, sekutu dekat Joko “Jokowi” Widodo, sebagai panglima militer yang baru, meskipun terdapat kekhawatiran di kalangan kelompok masyarakat sipil bahwa presiden yang akan keluar tersebut berusaha mempertahankan kekuasaan dengan menunjuk loyalis ke posisi-posisi penting.
Beberapa pengamat dan pembela hak asasi manusia khawatir apakah angkatan bersenjata akan tetap netral selama pemilihan umum Februari 2024 di negara demokrasi muda di Indonesia. Militer membayangi kediktatoran yang memerintah Indonesia di masa lalu.
Ada yang berpendapat bahwa Agus dicalonkan untuk jabatan tertinggi militer hanya enam hari setelah Jokowi mengangkatnya menjadi panglima militer. Mereka menuduh bahwa penugasan sementara tersebut dimaksudkan untuk mengurangi permintaan akan posisi yang lebih tinggi.
“Kita harus mewaspadai politisasi TNI pada pemilu 2024. Nama Agus Subianto … mempunyai potensi besar untuk disalahgunakan oleh presiden dalam pemilu,” kata Muhammad Isnur, ketua Yayasan Bantuan Hukum, kepada Benarnews, mengacu pada militer dalam akronim bahasa Indonesianya.
Laksamana diperkirakan akan pensiun pada 26 November. Agustus akan menggantikan Yudo Margono.
Panglima Angkatan Darat muncul sebagai satu-satunya kandidat dan dicalonkan oleh Jokowi pada tanggal 31 Oktober sebelum dikonfirmasi oleh anggota parlemen pada hari Selasa. Ia akan diambil sumpah jabatannya di hadapan Presiden pada Rabu depan.
Jokowi, yang telah memimpin pemerintahan Indonesia sejak Oktober 2014, akan mengundurkan diri pada Oktober mendatang karena batasan masa jabatan konstitusional di Indonesia, yang sedang bertransisi ke demokrasi setelah jatuhnya diktator Suharto pada tahun 1998.
“Alhamdulillah DPR hari ini [House of Representatives] TNI telah menyetujui pemindahan Panglima Jenderal Agus Subianto,” kata Ketua Buan Maharani.
Phuan mengatakan komisi keamanan DPR dengan suara bulat menyetujui pembentukan kelompok kerja khusus mengenai netralitas militer, menggarisbawahi pentingnya angkatan bersenjata yang netral secara politik selama transisi ke pemerintahan berikutnya di negara terbesar dan terpadat di Asia Tenggara.
“Kami yakin TNI bisa menunjukkan netralitas sesuai dengan peran intinya. Dengan adanya pergantian komando, kami bertujuan menjaga netralitas tersebut di musim politik mendatang,” kata Buan.
“Hal yang sama berlaku untuk seluruh aparat penegak hukum lainnya. Kami berkomitmen untuk menyelenggarakan pemilu yang damai, adil, dan jujur,” ujarnya.
Warga dijadwalkan memilih pada 14 Februari 2024.
Dorongan terhadap netralitas tidak hanya dirasakan oleh militer, karena para anggota DPR, khususnya dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI-P), menganjurkan pembentukan satuan tugas untuk memantau netralitas polisi dan militer.
Agus berjanji akan memperkuat kerja sama dengan pihak kepolisian untuk menjaga keamanan selama masa pemilu.
“Kami sudah menginstruksikan kepada Komisi 1 (Pertahanan) bagaimana menjaga netralitas DNI. Termasuk memberikan buku pedoman yang harus disimpan oleh setiap prajurit, memberikan nasehat dan menekankan pentingnya buku tersebut bagi prajurit di semua pangkat,” ujarnya.
Agus memaparkan visinya untuk TNI Angkatan Darat yang terangkum dalam akronim “PRIMA” (Profesional, Responsif, Terintegrasi, Modern dan Adaptable).
Pencapaian tujuan-tujuan ini bergantung pada pelatihan komprehensif, sistem pelatihan berbasis prestasi, persenjataan berteknologi maju dan peningkatan kesejahteraan tentara, tegasnya.
Mengenai pemilu tersebut, Juru Bicara Angkatan Darat Laksamana Muda. Julius Widjojono berupaya meyakinkan masyarakat bahwa TNI akan tegas menjunjung imparsialitasnya.
“TNI memiliki peraturan resmi untuk menjamin netralitas dan akan mengambil tindakan tegas terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam politik praktis,” kata Julius dalam keterangannya kepada Benernews.
Masa kampanye dijadwalkan berlangsung mulai 28 November hingga 10 Februari 2024, dengan pemungutan suara dibuka empat hari kemudian.
Analis prihatin
Analis pertahanan dan keamanan Muhammad Haribin, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan militer akan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam menjaga keamanan menjelang pemilu. Ia menyebutnya sebagai ujian berat bagi Agus.
“Dengan mundurnya Jokowi sebagai presiden dan putranya ikut serta dalam pemilu, kekhawatiran muncul mengenai bias terbuka atau implisit yang memihak beberapa kandidat,” kata Haribin kepada Benarnews.
Putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, pernah menjadi wakil Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pada pemerintahan presiden kedua. Ia mencalonkan diri melawan Jokowi pada dua pemilu presiden sebelumnya. Prabowo, mantan jenderal pasukan khusus TNI, dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama dinas militernya. Ia juga merupakan mantan menantu mendiang Sukarto.
Analis mencatat, Agus memiliki hubungan dengan Jokowi sejak menjabat Wali Kota Surakarta hingga terpilih pertama kali sebagai presiden pada 2014.
Menyinggung catatan BRIN, Haribin mengatakan ada pola orang-orang dekat Jokowi ditempatkan pada posisi-posisi penting yang strategis. Dari panglima militer daerah saat ini, 26,6% mempunyai hubungan langsung dengan presiden.
“Meskipun gaya kepemimpinan berbeda-beda, isu netralitas adalah yang terpenting,” kata Haribin.
Analis Ray Rangudi dan pengawas pemilu Lingar Madani menyoroti tantangan ke depan bagi Agus.
“Netralitas akan menjadi tugas yang sulit. Dia harus berhati-hati untuk tetap tenang dan pada saat yang sama tidak mengambil tindakan yang menguntungkan kandidat tertentu,” kata Ray kepada Benarnews.
Ghufron Mabruri, direktur kelompok hak asasi manusia Imparsial, mencatat bahwa penunjukan itu pasti terkait dengan kedekatan hubungan antara Jokowi dan Agus.
“Sudah sewajarnya masyarakat mempertanyakan apakah pemulihan hubungan ini berdampak pada netralitas TNI,” kata Gufron.
Ia mendesak Agus untuk mengatasi kekhawatiran ini dan membuktikan independensinya menjelang pemungutan suara.
“Jangan menyerang orang dan membalas dengan menanyakan mana buktinya,” ujarnya.
Pizarro Kosali Idrus di Jakarta berkontribusi pada laporan ini.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya