Penolakan seorang uskup Indonesia terhadap jabatan kardinal telah mengejutkan umat Katolik yang mayoritas beragama Islam. Sumber: Berita UCA.
Berita Vatikan kemarin memberitakan bahwa Paus Fransiskus telah menerima permintaan Uskup Fransiskan Pascalis Bruno Ciukur dari Bogor untuk tidak diangkat menjadi kardinal pada konklaf yang akan diadakan pada 7 Desember.
Matteo Bruni, direktur Kantor Pers Tahta Suci, mengatakan bahwa Uskup Ciukur ingin melanjutkan pengembangan pribadinya “dalam pelayanan kepada Gereja dan umat Tuhan,” yang berasal dari keinginannya untuk memperdalam karir imamatnya.
Siukur, 68 tahun, sekretaris jenderal Konferensi Waligereja Indonesia, adalah salah satu dari 21 kardinal yang diumumkan oleh Paus pada 6 Oktober. Pengunduran dirinya membuat jumlah kardinal terpilih menjadi 20 orang.
Sementara itu, Uskup Salib Suci Antonius Subianto Bunjamin dari Bandung, ketua Konferensi Waligereja Indonesia, mengatakan berita itu “mengejutkan”.
“Kami menghormati keputusan Uskup Pascalis. Ia tahu apa yang terbaik bagi dirinya, keuskupannya, dan Gereja pada umumnya. Mari kita berdoa,” kata Presiden yang menghadiri Sinode di Roma itu.
“Kami khawatir,” kata Pastor Antonius Purnama Sastrawijaya, Pemimpin Umum Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus, dari Indonesia.
“Berita ini sangat mengejutkan. “Mungkin ada alasan mendasar yang diungkapkan oleh Uskup Pascalis,” Paus menyetujui permintaannya, ujarnya.
Sebagian besar umat Katolik di Indonesia senang karena Paus Fransiskus mengangkat Uskup Ciukur sebagai kardinal.
Lahir di pulau Flores yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, ia adalah kardinal pertama Indonesia yang berasal dari luar Jawa.
Uskup Ciukur tidak menanggapi pertanyaan mengapa dia menolak topi merah.
Satu baris kalimat berbunyi, “Tolong doakan saya.”
Cerita lengkap
Uskup Indonesia mengejutkan umatnya dengan menolak jabatan kardinal
(Berita UCA)
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya