Indonesia telah meluncurkan pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara di provinsi Jawa Barat. Pabrik tersebut akan memiliki kapasitas baterai tahunan sebesar 10 gigawatt jam (GWh), cukup untuk memberi daya pada 150.000 kendaraan listrik.
Pabrik tersebut, yang merupakan hasil investasi sebesar $1 miliar oleh konsorsium yang mencakup Hyundai Motor Group, LG Energy Solutions, dan Indonesia Battery Corporation, merupakan contoh upaya kolaboratif yang diperlukan untuk mendorong proyek transformatif tersebut. Pabrik baterai tersebut juga akan terintegrasi dengan pabrik mobil Hyundai yang memproduksi 50.000 unit kendaraan listrik Kona setiap tahunnya.
Konsorsium berencana meningkatkan kapasitas pembangkit tersebut menjadi 20 GWh dengan investasi sebesar USD 2 miliar.
Ambisi Strategis Baterai EV di Indonesia
Bagi Indonesia, pembangunan pabrik EV ini merupakan bagian dari strategi negara untuk menjadi salah satu dari tiga produsen baterai EV terbesar di dunia pada tahun 2027. Selain itu, Indonesia juga harus memiliki kapasitas sebesar 140 GWh per tahun pada tahun 2030. 4 hingga 9 persen dari permintaan global.
Target pencapaian kapasitas tahunan sebesar 140 GWh menunjukkan strategi masa depan negara ini dan komitmennya untuk memainkan peran penting dalam mobilitas listrik di masa depan.
Cadangan nikel Indonesia
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dengan 21 juta ton, yang merupakan 22 persen cadangan global. Meskipun 70 persen dari seluruh penggunaan nikel digunakan untuk sektor baja tahan karat, permintaan untuk pembuatan baterai kendaraan listrik terus meningkat.
Berdasarkan data S&P Global Market Intelligence, Indonesia akan memproduksi 40 persen nikel dunia pada tahun 2023.
Negara ini melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2014 dan memberlakukan persyaratan bagi produsen untuk memurnikan nikel mentah di Indonesia sebelum diekspor.
Membangun rantai pasokan kendaraan listrik yang komprehensif
Produsen kendaraan listrik global termasuk BYD dan Wuling dari Tiongkok telah berinvestasi di Indonesia dan kendaraan listrik mereka sudah ada di pasar. Selain itu, negara ini juga meningkatkan kilang litium dan fasilitas produksi bahan anoda untuk melengkapi industri baterai berbasis nikel. Secara historis, pabrik peleburan nikel di Indonesia telah dilengkapi untuk memproduksi nikel Kelas 2 (feronikel/pig iron), sedangkan produksi katoda baterai memerlukan nikel Kelas 1 yang mengandung setidaknya 99,8 persen nikel. Namun, Indonesia tidak memiliki cadangan litium yang kaya. Australia memasok hampir separuh litium dunia dan dapat mengekspor mineral tersebut ke Indonesia. Sebagian besar ekspor litium Australia saat ini ditujukan ke Tiongkok.
tentang kami
Disiapkan oleh Pengarahan ASEAN Desan Shira & Rekan. Perusahaan ini melayani investor asing di seluruh Asia dan memiliki kantor di seluruh ASEAN Singapura, Hanoi, Kota Ho Chi MinhDan Da Nang Selain itu, di Vietnam Jakarta, di Indonesia. Kami juga memiliki perusahaan mitra MalaysiaItu FilipinaDan Thailand Serta praktik kami Cina Dan India. Silakan hubungi kami di [email protected] atau kunjungi situs web kami www.dezshira.com.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya