Pemilik lapangan Sambang lepas pantai Indonesia, yang dipimpin oleh Metco Energy, telah meminta insentif dari pemerintah untuk mengimbangi kerugian ekonomi yang disebabkan oleh keterlambatan pengembangan gas baru.
Penundaan pembeli gas dan proses pemerintah telah menunda keputusan investasi akhir pada pengembangan gas Paus Biru, mendorong perusahaan patungan untuk mengajukan permintaannya kepada pemerintah, kata co-venturer Cue Energy.
Di antara insentif yang dicari adalah proposal untuk memperluas lapangan untuk memungkinkan produksi selama lima tahun lagi setelah izin saat ini berakhir pada 2027.
“Diskusi dengan pemerintah berjalan dengan baik,” tambah Qiu.
Usaha patungan Sampang mengharapkan untuk menerima FID pada akhir 2022, dengan perkiraan produksi 25 MMcfd pada 20 juta kaki kubik per hari pada awal 2025.
Studi rekayasa dan desain front-end telah selesai, sementara diskusi komersial dengan pembeli gas dan pemerintah Indonesia sedang berlangsung untuk menentukan harga gas dan kuota produksi untuk pembeli. “Masalah-masalah ini telah diselesaikan secara substansial,” tambah Qiu.
Artikel Berlanjut Di Bawah Iklan
Rencana pengembangan yang disetujui terdiri dari sumur pengembangan horizontal dengan landasan sumur tak berawak, dihubungkan oleh pipa bawah laut sepanjang 27 km ke platform yang ada di lapangan Ouyang, juga dalam izin Sambang.
Gas tersebut kemudian akan diangkut menggunakan pipa eksisting ke fasilitas produksi darat Grati, yang dioperasikan dan dipasarkan oleh perusahaan patungan Sambang.
Ladang gas Wortel juga berproduksi di dalam konsesi Sambang, yang juga berisi penemuan minyak Jeruk yang belum dikembangkan.
Sampang dimiliki oleh operator perjanjian bagi hasil Medco Energi (45%), PetroChina (40%) dan Cue (15%).
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya