JAKARTA (Bernama-Antara): Wakil Kepala Staf TNI AU, Marsekal Madya Andyawan Martono, membahas rencana latihan bersama dengan Wakil Kepala Pertahanan Udara Jepang Letjen Takuto Ogaswara bersamaan dengan Konferensi Udara dan Luar Angkasa 2024 di Canberra, Australia.
Kedua pejabat tersebut membahas kemungkinan latihan bersama kedua angkatan udara, demikian laporan kantor berita ANTARA, seperti dikutip dalam keterangan resmi TNI AU, Jumat.
TNI AU menyambut baik militer Jepang yang melakukan latihan bersama. Ini akan berguna bagi Indonesia untuk mendapatkan perspektif baru dan pengalaman bertempur dengan Jepang.
Selain itu, kedua negara dapat berbagi pengetahuan mengenai taktik perang dan teknologi sistem persenjataan utama, kata laporan itu.
Kerja sama di bidang militer ini akan mempererat hubungan baik yang telah terjalin lama antara Indonesia dan Jepang.
Oleh karena itu, jajaran TNI AU meyakini kegiatan latihan udara militer gabungan tersebut akan segera selesai.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara membahas sejumlah isu terkait kerja sama pertahanan dalam pertemuan di Tokyo, Jepang pada 3 April. Untuk wilayah Indo-Pasifik.
Prabowo berharap kerja sama pertahanan kedua negara terus meningkat berdasarkan keberhasilan proyek-proyek sebelumnya.
“Tadi saya sudah bertemu dengan Menteri Pertahanan Jepang dan memintanya untuk mengirimkan taruna dari Indonesia, mulai dua, saya minta angkatan lagi dan total kami kirim empat,” kata Prabowo kepada Kihara dalam pertemuan tersebut.
Menteri Kihara menyatakan pendiriannya menentang semua keputusan dan perubahan sepihak yang dapat meningkatkan ketegangan di Laut Cina Selatan.
Ia yakin Jepang dan Indonesia, sebagai negara maritim, dapat bekerja sama untuk memastikan penerapan undang-undang tersebut dalam menjaga Indo-Pasifik sebagai kawasan yang bebas dan terbuka. -Bernama-Antara
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya