Oleh Julian Look dan Pratima Desai
LONDON, 26 Oktober (Reuters) – Upaya Indonesia untuk menambah nilai ekspor mineralnya dapat melemahkan posisi patokan kontrak tahunan penambang tembaga Freeport karena penjualannya pada tahun 2024 tidak mencapai patokan global. dikatakan.
Sebagai salah satu penambang tembaga terbesar di dunia, yang memproduksi dua juta metrik ton per tahun, Freeport menyetujui biaya pengolahan dan pemurnian (TC/RC) dengan pabrik peleburan Tiongkok.
Pemrosesan TC/RC tanpa kriteria konsensus mengharuskan banyak penambang, pedagang, dan pabrik peleburan untuk menegosiasikan kontrak mereka sendiri atau menggunakan pasar yang sangat fluktuatif.
Selain TC/RC Freeport, angka yang dinegosiasikan oleh penambang tembaga besar lainnya dapat digunakan dalam kontrak industri, namun perpecahan tersebut dapat memicu perlawanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pabrik peleburan Tiongkok, yang mengonsumsi hampir setengah pasokan konsentrat tembaga dunia.
Sistem TC/RC Tolok Ukur Tembaga telah diterapkan selama 30 tahun terakhir. TC/RC cenderung menurun ketika konsentrat terbatas dan melemahkan margin keuntungan pabrik peleburan tembaga.
Sejalan dengan dorongan Indonesia, Freeport sedang membangun konsentrator domestik di pabrik peleburan Manyar, yang akan selesai pada Mei tahun depan.
Bahan baku untuk Manyar akan berasal dari tambang Grossberg milik Freeport di Indonesia, yang merupakan tambang tembaga aktif terbesar kedua di dunia. Grossberg memproduksi 688.400 ton tembaga, atau sekitar 4% dari pasokan tembaga dunia yang ditambang.
“Jika Freeport hanya akan menjual produk Grossberg selama lima bulan pada tahun depan, maka produk tersebut tidak boleh dianggap sebagai patokan,” kata sumber di sebuah perusahaan pertambangan besar.
Izin ekspor Grossberg akan habis masa berlakunya pada Mei tahun depan ketika pabrik peleburan Manyar mulai beroperasi. Sumber mengatakan Freeport harus menunjukkan kepada pemerintah Indonesia bahwa mereka telah mengalokasikan bahan mentah untuk smelter tersebut.
“Menentukan jumlah Grossberg yang tersedia untuk ekspor setelah Mei 2024 tidaklah mudah. Jumlah tersebut akan berkurang secara bertahap seiring dengan pembangunan pabrik peleburan baru,” kata Javier Targeta, wakil presiden senior pemasaran dan penjualan konsentrat tembaga Freeport.
“Freeport tidak secara resmi ditunjuk sebagai negosiator benchmark, hanya disebut benchmark jika penambang dan smelter lain setuju untuk menggunakannya. Kalau penambang lain menyepakati angka tersendiri, akan ada referensi lain.”
Manyar diperkirakan dapat mengkonsentrasikan hingga dua juta ton per tahun. Diperlukan waktu hingga enam bulan untuk mencapai kapasitas.
Akibat tertundanya pembangunan Manyar, antara Juli 2023 hingga Mei 2024, 1,7 juta ton konsentrat Grossberg akan diekspor berdasarkan izin dengan dikenakan denda ekspor sebesar 7,5%.
Freeport sedang dalam pembicaraan dengan Indonesia untuk mendapatkan izin ekspor untuk menjual konsentrat dari Grossberg mulai Mei 2024, kata lima sumber.
“Izin ekspor berlaku hingga Mei,” kata Presiden Freeport Kathleen Quirk dalam sebuah pengarahan baru-baru ini. “Kami masih perlu bekerja sama dengan pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini setelah bulan Mei.”
(Laporan oleh Julian Luk dan Pratima Desai; Laporan tambahan oleh Ernst Scheider; Penyuntingan oleh Veronica Brown dan Susan Fenton)
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya