JAKARTA (Reuters) – Putra Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi lembaga antikorupsi pada hari Selasa untuk menjelaskan penggunaan jet pribadinya, dan mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan bahwa ia membantah tuduhan pelanggaran.
Gaya hidup mewah putra bungsu presiden, Kesang Pangarep yang dibagikan istrinya di postingan media sosial, belakangan ini menuai kemarahan di Indonesia.
Namun pada hari Selasa, Kesung mengecilkan keributan tersebut.
“Saya naik pesawat teman saya,” katanya setelah secara sukarela bertemu dengan penyidik antikorupsi. “Saya datang ke sini bukan atas undangan atau undangan, tetapi atas inisiatif saya sendiri.”
Berita bahwa Kaesang dan istrinya terbang ke Amerika Serikat dengan jet pribadi bulan lalu muncul beberapa hari setelah protes nasional terhadap usulan undang-undang yang memungkinkan Kaesang, 29, mencalonkan diri dalam pemilu daerah mendatang.
Parlemen menarik rencana tersebut setelah mendapat tentangan keras.
Jokowi, yang dikenal sebagai presiden yang akan segera habis masa jabatannya, mendapat kritik karena mencoba membangun dinasti politiknya sebelum meninggalkan jabatannya bulan depan.
Putra sulungnya Gibran Rakabuming Raqqa, 36, terpilih sebagai wakil presiden pada bulan Februari dan akan menjabat pada 20 Oktober.
Pahala Nainggolan, wakil kepala badan antikorupsi, mengatakan lembaga tersebut akan menentukan minggu depan apakah putra bungsu presiden itu telah melanggar peraturan.
Jika anak pejabat pemerintah terbukti menerima hadiah secara tidak patut, Kaesang harus mengganti uang jet pribadi yang mengantarnya ke tujuan, ujarnya.
Putra bungsu Jokowi awalnya dijadwalkan terbang ke Amerika Serikat dengan penerbangan komersial pada 20 Agustus, tetapi menaiki penerbangan pribadi temannya ke tujuan yang sama, kata Francine Widjojo, juru bicara Kasang.
(Laporan oleh Ananda Theresia, Ditulis oleh Kate Lamb, Disunting oleh Alex Richardson)
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya