Presiden Indonesia Jokowi mulai bekerja dari ibu kota baru pada bulan Juli, meskipun ada kekhawatiran mengenai kesiapannya

Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada hari Rabu bahwa ia berencana untuk mulai bekerja dari ibu kota baru bulan depan, di tengah kekhawatiran mengenai masa depan proyek tersebut menyusul pengunduran diri para eksekutif senior yang mengawasi pembangunan tersebut.

Jokowi mengatakan kemajuan beberapa pembangunan infrastruktur tahap pertama ibu kota bernama Nusantara di Pulau Kalimantan senilai US$32 miliar telah mencapai sekitar 80 persen.

Insya Allah saya akan mulai bekerja dari ibu kota baru pada bulan Juli, kata Jokowi dalam postingan Instagram, seiring dengan persiapan perayaan HUT RI ke-79 di ibu kota baru pada bulan Agustus yang sudah berjalan dengan baik.

“Saya sangat optimis dengan kantor tersebut. Kami masih menunggu satu hal lagi,” kata Widodo pada bulan Juli di depan lokasi pembangunan istana presiden yang baru.

Widodo telah berada di Nusantara sejak Selasa, sehari setelah Ketua Otoritas Ibu Kota Nusantara Bambang Susantono, bersama wakilnya, Dhoni Rahajo, tiba-tiba mengundurkan diri karena alasan yang tidak dapat dijelaskan. Widodo mengatakan pengunduran diri tersebut bersifat “pribadi” dan tidak akan menghalangi investasi asing di masa depan dalam proyek tersebut.

Dalam kunjungannya, Widodo meresmikan beberapa proyek pembangunan di Nusantara, termasuk waduk air. Ia juga berpartisipasi dalam upacara peletakan fondasi sekolah dan universitas.

Widodo mengatakan bandara Nusantara dijadwalkan selesai pada awal Agustus.

Setelah Widodo mengumumkan bahwa Jakarta tidak lagi berstatus ibu kota, pembangunan kota baru tersebut dimulai pada pertengahan tahun 2022. Kota metropolitan ini menderita polusi dan kemacetan, rentan terhadap gempa bumi, dan cepat tenggelam.

Ibu kota baru ini akan berukuran dua kali lipat luas Kota New York. Para pejabat mengatakan kota ini akan menjadi kota hijau masa depan yang berpusat pada hutan dan taman yang menggunakan sumber energi terbarukan dan pengelolaan limbah yang cerdas.

Namun proyek ini mendapat kritik dari para pemerhati lingkungan dan masyarakat adat yang mengatakan proyek ini akan merusak lingkungan, semakin menyusutkan habitat hewan langka seperti orangutan, dan menggusur masyarakat adat yang bergantung pada lahan.