Lingkup kerjasama meliputi capacity building, training dan knowledge transfer…
Jakarta (Antara) – Kementerian Perdagangan RI menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama promosi perdagangan dengan pemerintah Swiss.
Direktur Jenderal Promosi Ekspor Nasional (PEN) Kemendikbud DD Sumedhi mengatakan, MoU tersebut merupakan bagian dari komitmen untuk menjadi kementerian utama (lead agency) dalam mendorong ekspor produk bernilai tambah Indonesia ke pasar Eropa.
“Ruang lingkup kerja sama meliputi peningkatan kapasitas, pelatihan dan pertukaran pengetahuan, yang akan memperkuat Ditjen dalam memberikan layanan informasi promosi ekspor kepada pelaku usaha dan memastikan keberlanjutan dan digitalisasi dalam operasinya,” kata Sumedhi dalam keterangan tertulis yang dirilis, Sabtu di Jakarta.
Dijelaskannya, kerja sama Kemendag dan Pemerintah Swiss merupakan langkah konkrit implementasi Comprehensive Economic and Trade Agreement antara Indonesia dengan negara-negara European Free Trade Area (EFTA CEPA) yang berlaku penuh mulai November. 2021. .
“Untuk itu, kedua negara ingin memperkuat kesepakatan yang dapat berkontribusi pada peningkatan nilai perdagangan,” kata Sumedi.
Pemerintah Swiss telah mengamanatkan pelaksanaan Memorandum of Understanding kepada Swiss Import Promotion Program (SIPPO) sebagai lembaga pelaksana dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Kementerian. Asosiasi Kelautan dan Perikanan, Dewan Minyak Atsiri Indonesia, Aliansi Organik Indonesia dan pelaku usaha terkait.
Komoditas ekspor utama dan perusahaan unggulan yang dipilih untuk melaksanakan program koperasi adalah Kementerian Perdagangan Kayu Olahan/Produk Kayu Teknis, Kementerian Koperasi dan UKM untuk Hasil Alam, Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk Produk Bernilai Tambah Kelautan, dan Dewan Minyak Atsiri Indonesia untuk minyak atsiri.
“Produk-produk tersebut merupakan ekspor unggulan Indonesia dan banyak diminati di pasar Swiss dan negara-negara Eropa lainnya. Untuk itu, proyek ini dilakukan guna menjamin kesinambungan pasokan produk ke konsumen Swiss. Kami yakin Indonesia dan Swiss dapat menjadi negara strategis mitra yang saling memenuhi kebutuhan barang dan jasa,” kata Sumedi.
Sementara itu, Duta Besar Swiss untuk Indonesia Olivier Zehnder mengatakan kesepakatan tersebut tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai total perdagangan kedua negara, tetapi juga untuk memperkuat kemitraan strategis yang saling menguntungkan.
Transparansi dalam kebijakan perdagangan akan menjadi persyaratan utama untuk memfasilitasi akses pasar dan memastikan keberlanjutan rantai pasokan, katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total perdagangan Indonesia-Swiss akan mencapai USD 2,75 miliar pada 2022 menyusul implementasi Indonesia-EFTA (European Free Trade Association) Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) pada November 2021. 38 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Total ekspor nonmigas Indonesia ke Swiss tercatat US$1,88 miliar, naik 43 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan impor Indonesia dari Swiss mencapai US$868,6 juta pada 2022, naik 28 persen dari tahun sebelumnya.
Pada 2022, ekspor produk kayu olahan dan furnitur ditetapkan sebesar USD 1,4 juta, meningkat 100 persen dibanding 2021. Ekspor produk alam dan minyak atsiri mencapai US$6,6 juta, atau 67 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. tahun. Sedangkan ekspor produk perikanan meningkat 27 persen dibanding 2021 dan mencapai 755 ribu dolar AS.
Berita terkait: india minta India percepat pembicaraan PTA
Berita terkait: Indonesia-China menandatangani kesepakatan BETC di sela-sela KTT G20
Berita Terkait: Indonesia Trade Fair Mengintensifkan Perdagangan dengan Australia di Indonesia
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya