JAKARTA: Sepuluh hari sebelum masyarakat Indonesia pergi ke tempat pemungutan suara dan pertaruhan calon presiden negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, ketiga calon presiden saling berhadapan dalam debat yang disiarkan televisi untuk terakhir kalinya pada Minggu (4 Februari). Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pemilih.
Seperti pada empat debat sebelumnya, masing-masing kandidat mempunyai waktu beberapa menit untuk menguraikan visi dan idenya, diikuti dengan segmen dimana mereka menjawab pertanyaan dari para ahli dan segmen dimana mereka dapat mengajukan pertanyaan kepada lawannya.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berbicara pertama kali mengenai topik ini Kesehatan, Pendidikan, Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Ketenagakerjaan IT dan Sumber Daya Manusia.
Ia mengatakan, dirinya dan rekannya Gibran Rakhamuning Raka ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia dengan memberikan makanan bergizi kepada seluruh anak, termasuk ibu hamil.
“Sejauh ini akan terjadi Anak-anak menjadi Dewasa. Hal ini akan mencegah angka kematian ibu, sehingga mencegah malnutrisi, stunting, dan kemiskinan ekstrem,” kata pria berusia 72 tahun ini.
Mantan Gubernur Jawa Tengah Kanjar Baranovo berjanji akan fokus pada kesehatan dengan mengajak masyarakat berolahraga untuk mencegah penyakit.
Ia juga mengatakan ingin menciptakan pendidikan inklusif yang mampu melahirkan pekerja terampil.
“Kami akan memikirkan guru, dosen… dan perempuan serta penyandang disabilitas, agar mereka tidak didiskriminasi dan bisa bekerja,” kata Pak Kanjar.
Sementara itu, mantan Gubernur Jakarta Anis Baswedan mengaku akan memastikan tidak ada ketimpangan dan ketidakadilan.
Ia mengatakan, saat ini terjadi ketimpangan antara masyarakat yang tinggal di Jakarta dengan masyarakat di luar ibu kota, serta antara masyarakat kaya dan miskin.
Kami ingin perubahan. Kami ingin orang-orang sehat, kami ingin orang-orang tumbuh dengan cemerlang dalam pendidikan, kata Pak Anis, 54 tahun. “Kami tidak menginginkan kesenjangan.”
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya