JAKARTA (ANTARA) – Presiden Komite Olimpiade Nasional Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan program Akademi Olimpiade Indonesia untuk umum.
Ia menyebutkan di sini, Jumat, bahwa program tersebut merupakan bagian dari inisiatif International Olympic Academy dari International Olympic Committee (IOC).
“World Olympic Academy juga ada, jadi kita tinggal implementasi modul-modulnya saja. Namun, inti dari program ini adalah menyebarkan (nilai) Olympianism,” ujarnya.
“NOC Indonesia akan membuat akademi yang tersebar di seluruh Indonesia, yang akan terhubung dengan International Olympic Academy dari IOC, sebuah proyek untuk menyebarkan gerakan Olimpiade di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mencatat bahwa rencana tersebut sejalan dengan visi dan misi NOC Indonesia periode 2023-2027, “berdiri di panggung dunia”.
Menurut Oktohari, slogan itu diambil karena kelompoknya menilai Indonesia layak menjadi peserta dan pembuat kebijakan di semua event internasional.
“Kami ingin partisipasi yang lebih banyak lagi agar kehadiran Indonesia di dunia olahraga dapat terwujud baik dari segi prestasi maupun strukturnya,” tegasnya.
Senada dengan pernyataan tersebut, Vice President NOC Ismail Ning berharap mimpi tersebut dapat tercapai di bawah kepemimpinan saat ini dan melalui kerja keras para pejabat dan pihak terkait dari panitia untuk permainan Indonesia yang lebih maju.
“Tadi di NOC saya sudah melihat performanya (Oktohari) di dunia olahraga, jadi jelas saya siap mendukungnya,” ujarnya.
“Di bawah kepemimpinannya, saya yakin bisa membawa olahraga Indonesia ke kancah dunia. Saya akan mencurahkan seluruh tenaga untuk mendukung proyek ini,” tegasnya.
Berita terkait: DBON harus fleksibel, pertimbangkan mekanisme permainan: Menteri
Berita terkait: KOI puji prestasi atlet beregu di SEA Games ke-32
BERITA TERKAIT: NOC Indonesia memaparkan tantangan untuk meningkatkan prestasi olahraga
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya