Desember 30, 2024

SUARAPALU.COM

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia, analisis, laporan khusus dari pusat kota besar termasuk Jakarta, Surabaya, Medan & Bekasi.

Laut Cina Selatan dan ASEAN menjadi salah satu topik yang dibahas dalam debat capres ketiga Indonesia

Laut Cina Selatan dan ASEAN menjadi salah satu topik yang dibahas dalam debat capres ketiga Indonesia

JAKARTA – Tiga calon presiden Indonesia bergelut dengan isu Laut Cina Selatan, peran Dewan Regional ASEAN dalam menjaga perdamaian di jalur perairan, serta topik keamanan, kebijakan luar negeri, dan etika lainnya dalam debat ketiga pada 7 Januari.

Terkait ketegangan yang masih terjadi di Laut Cina Selatan, mantan Gubernur Jawa Tengah Kanjar Pranovo mengatakan sebaiknya ada kesepakatan sementara antara pihak-pihak terkait untuk menghindari eskalasi konflik.

“Usulan saya adalah ada perjanjian sementara. Ini harus kita dorong dan jadikan ini sebagai inisiatif kita agar bisa mencegah akibat yang tidak kita inginkan,” ujarnya.

Tanggapannya menuai kritik dari mantan Gubernur Jakarta Anis Baswedan, yang mempertanyakan mengapa Kanjar tidak menyebut ASEAN dalam tanggapannya, dan menekankan bahwa blok tersebut memainkan peran kunci dalam menyelesaikan masalah di sana.

“ASEAN penting ketika membicarakan Laut Cina Selatan,” kata Anis.

Dalam tanggapannya terhadap Anees, Kanjar mengatakan ASEAN perlu “direvitalisasi”, mengingat kompleksitas hubungan kelompok tersebut, yang mempersulit pengambilan keputusan.

Debat pada tanggal 7 Januari adalah debat ketiga dari lima debat yang dijadwalkan pada tanggal 14 Februari dalam pemilihan presiden Indonesia, di mana lebih dari 204 juta orang berhak memilih.

Pada debat pertama tanggal 12 Desember, para calon presiden membahas isu-isu terkait hukum, hak asasi manusia, pemerintahan, korupsi, demokrasi dan toleransi.

Para calon wakil presiden tampil dalam debat kedua pada tanggal 22 Desember, dimana mereka berbicara mengenai ekonomi, investasi dan perdagangan.

Kandidat ketiga, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, menekankan bahwa ketegangan di Laut Cina Selatan menunjukkan betapa pentingnya memiliki sistem keamanan nasional yang kuat, meskipun Indonesia tidak terlibat langsung.

Tiongkok dan empat negara anggota ASEAN – Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam – memiliki klaim yang tumpang tindih atas jalur air strategis tersebut, yang masih belum terselesaikan selama beberapa dekade.

Tiongkok dan ASEAN sepakat 20 tahun yang lalu, pada tahun 2002, untuk berupaya mengembangkan kode etik untuk kegiatan di jalur air. Namun negosiasi kesepakatan tersebut terhenti karena berbagai alasan, yang terbaru adalah pandemi Covid-19 yang membuat pertemuan tatap muka menjadi lebih sulit dilakukan.

Kelompok ini mempunyai kebijakan non-intervensi, dimana diskusi atau tindakan dilakukan tanpa terlalu mencampuri urusan anggota lainnya.

Indonesia, yang menjabat sebagai ketua ASEAN hingga tahun 2023, mengatakan pada bulan Juli tahun lalu bahwa mereka akan bergabung dengan kelompok tersebut. Mereka menyetujui pedoman untuk mempercepat diskusi mengenai kode etik, namun para ahli mengatakan hal ini bukanlah kemajuan yang berarti.

Dalam debat yang berlangsung selama hampir tiga jam tersebut, Anis juga memberikan tekanan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengenai etika, khususnya standar etika seorang kepala negara.

Menanggapi hal itu, Pak Prabowo mengatakan kepemimpinan membutuhkan nilai-nilai inti yang mencakup patriotisme, kejujuran, dan integritas.

“Ambisi pribadi tidak boleh dibiarkan menipu orang dan membahayakan mereka,” ujarnya.