Jakarta. Indonesia mengatakan telah menyiapkan $20 miliar untuk Kemitraan Transisi Energi Adil (JETP) senilai $20 miliar dalam pendanaan iklim, tetapi negara tersebut sekarang bertanya-tanya kapan uang akan mulai mengalir.
Pada KTT G20 tahun lalu di Bali, International Partners Group (IPG) meluncurkan JETP untuk mengakhiri ketergantungan Indonesia pada batu bara.
Dipimpin bersama oleh AS dan Jepang, IPG mencakup Kanada, Denmark, Uni Eropa (UE), Prancis, Jerman, Italia, Norwegia, dan Inggris. IPG telah berjanji untuk mengumpulkan $10 miliar uang publik, dengan separuh lainnya berasal dari lembaga keuangan yang merupakan bagian dari Aliansi Finansial Glasgow untuk Net Zero (Gfanz). Pembiayaan JETP, yang datang selama periode tiga hingga lima tahun, termasuk hibah, pinjaman lunak, pinjaman dengan suku bunga pasar, jaminan dan investasi swasta.
“Hari ini kami mengejar Tim USA [IPG] Dan Gfanz, tanya mereka ‘di mana uangnya’,” kata Menteri Utama Investasi Luhut Binsar Bandzaitan saat mengomentari proyek JETP pada Indonesia Net Zero Summit 2023 di Jakarta, Sabtu.
Di sela-sela KTT, Luhut mengatakan kepada wartawan bahwa dia terkejut dengan penundaan itu meskipun Indonesia telah melakukan pengaturan yang diperlukan.
“Jika Anda bertanya apa masalahnya, Anda harus bertanya kepada mereka [IPG, Gfanz]. “Semuanya sudah kami persiapkan, termasuk pensiun dini pembangkit listrik berbahan bakar batu bara,” kata Luhut.
Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan akan merumuskan rencana investasi dan kebijakan yang komprehensif, antara lain dengan perincian keuangan dan teknis. Dokumen tersebut dijadwalkan akan diluncurkan pada 16 Agustus.
Data kementerian menunjukkan bahwa negara-negara kaya seperti AS juga merupakan penghasil emisi terbesar. Per 2019, emisi karbon per kapita di Amerika Serikat mencapai 14,7 ton per orang, lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 4,5 ton. Rata-rata orang di Indonesia mengeluarkan 2,3 ton emisi dibandingkan negara-negara G20 lainnya.
“Saya bilang [US Special Presidential Envoy for Climate] John Kerry mengatakan kami akan melakukan apa pun yang Anda minta dari kami. Tapi tolong jangan ganggu perkembangan ekonomi kita. Milikmu [US’] Emisi per kapita lebih tinggi dari kita. “Biar ekonomi kita tumbuh, tapi kita coba kurangi emisinya,” kata Luhut.
Tag: Kata kunci:
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya