Stefano Suleiman dan Francesca Nangoyal
JAKARTA—Harga-harga di Indonesia naik pada tingkat paling lambat dalam hampir tiga tahun pada bulan September seiring dengan menurunnya laju inflasi harga pangan, sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk melonggarkan kebijakan moneter guna memacu pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik melaporkan pada hari Selasa bahwa inflasi tahunan mencapai 1,84 persen. Ini merupakan angka terendah sejak November 2021, menurut data LSEG.
Angka tersebut dibandingkan dengan 2,12 persen pada bulan Agustus dan rata-rata perkiraan analis sebesar 2,00 persen dalam jajak pendapat Reuters. Angka ini berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia sebesar 1,5 persen hingga 3,5 persen.
Harga pangan merupakan kontributor terbesar terhadap angka inflasi, namun tingkat pertumbuhannya melambat menjadi 2,57 persen dibandingkan 3,39 persen pada bulan Agustus.
Inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan yang bergejolak dan harga yang diatur pemerintah, sebesar 2,03 persen dari 2,09 persen dalam jajak pendapat tersebut.
Kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga bahan pangan dan komoditas strategis yang berlimpah “akan memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya,” kata ekonom Maybank Indonesia, Myrtle Kunardo.
Mirdal mengatakan BI akan memangkas suku bunga kebijakannya menjadi 5,25 persen pada akhir tahun ini, dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 5,75 persen.
BI menurunkan suku bunga pada bulan lalu untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk mendorong pertumbuhan di tengah melambatnya inflasi, beberapa jam sebelum penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin di AS – sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 persen.
Jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom memperkirakan suku bunga akan dipotong dua kali tahun ini setelah pemotongan mendadak pada tanggal 18 September, karena kuatnya rupee dan inflasi memungkinkan bank sentral untuk fokus mendukung pertumbuhan.
Beberapa jam sebelum Federal Reserve AS menurunkan suku bunga kebijakannya sebesar 50 basis poin pada minggu lalu, Gubernur BI Perry Vargio mengisyaratkan perubahan kebijakan dari menjaga kestabilan mata uang rupiah menjadi keseimbangan antara rupiah dan pertumbuhan ekonomi.
Vargeo mengatakan, pedoman kebijakan moneter bank sentral yang jelas memberikan peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga.
Dengan adanya serangkaian penurunan suku bunga AS, penurunan suku bunga BI lebih lanjut akan terjadi karena kekhawatiran yang lebih kecil mengenai dampak terhadap mata uang, kata para ekonom. – Reuters
More Stories
Indonesia Memperkenalkan Undang-undang Visa yang Lebih Ketat: 15 Hal yang Perlu Diketahui Wisatawan dan Harus Dihindari
Presiden Indonesia membuka rumah sakit swasta di ibu kota baru
Tur online Yili 2024 episode Indonesia kini telah tersedia!