|
Seorang pekerja menyelesaikan produksi kain sarung di pabrik tekstil di Kawasan Industri Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. – Foto milik Antara |
HÀ NỘI – Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyalahkan stagnasi industri tekstil sebagai penyebab meningkatnya masuknya impor yang berdampak negatif terhadap produksi lokal.
Kementerian Perindustrian telah merilis daftar pabrik tekstil yang bangkrut, termasuk perusahaan yang telah beroperasi selama puluhan tahun dan memiliki ekspor yang stabil.
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur Indonesia turun menjadi 49,2 pada bulan September tahun ini.
Vice President API David Leonardi mengatakan, PMI masih berada di zona negatif (di bawah 50) karena kondisi perekonomian Indonesia yang belum membaik dan daya beli masyarakat yang menurun.
Untuk kembali mendongkrak PMI, diperlukan kebijakan yang berkelanjutan, termasuk kebijakan dukungan dan perlindungan.
Menurut pejabat tersebut, paket kebijakan ini akan menciptakan persaingan perdagangan yang sehat di pasar domestik, sehingga mendorong kegiatan produksi industri dan selanjutnya meningkatkan nilai PMI, khususnya bagi industri tekstil dan produk tekstil Indonesia.
Menurut API, pemerintah harus menjamin keamanan pasar bagi industri lokal, terutama dalam menghadapi peningkatan impor.
Relaksasi impor dan inkonsistensi peraturan yang berlaku menyebabkan impor dengan harga murah membanjiri pasar dalam negeri dalam beberapa waktu terakhir. – VNS
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya