Tempo.co, Jakarta – Menteri Luar Negeri Indonesia Redno Marsudi Sekretaris Eksekutif Robert Floyd dari Organisasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBTO) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg pada Selasa, 25 Juni 2024, di Wina, Austria. Bagi Rednow, pertemuan ini sangat penting di negara berkembang. Ketidakpastian dapat memicu konflik dan perang kapan saja.
CTBT (Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif) melarang uji coba senjata nuklir. Aturannya menyatakan bahwa CTBT akan mulai berlaku jika negara-negara yang termasuk dalam Annex II perjanjian tersebut telah meratifikasinya.
Negara-negara Annex II adalah negara-negara yang terlibat dalam proses perundingan CTBT pada Konferensi Perlucutan Senjata pada tahun 1994 hingga 1996, atau negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir dan reaktor nuklir berkapasitas besar.
Perjanjian tersebut kini telah ditandatangani oleh 187 negara dan diratifikasi oleh 178 negara. Persetujuan masih diperlukan dari 8 negara Annex II, termasuk Tiongkok, Korea Utara, Mesir, India, Iran, Israel, Pakistan, dan Amerika Serikat.
Sebagai negara Annex II, Indonesia meratifikasi Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir pada tahun 2011. Kunjungan Rednow ke CTBTO merupakan bentuk komitmen Indonesia terhadap multilateralisme di kalangan pihak yang skeptis.
“Indonesia bertanya-tanya apa yang akan terjadi tanpa multilateralisme. Yang pasti adalah 'pihak yang berkuasa mengambil semuanya', dan itulah mengapa menjadi tanggung jawab kita untuk memperkuat multilateralisme, termasuk CTBT,” kata Rednow.
Rednow dan Sekretaris Eksekutif CTBTO membahas tiga isu. Pertama, Indonesia dan CTBTO sepakat untuk terus mendorong ratifikasi oleh negara-negara Annex II, dengan memperhatikan kemajuan ratifikasi PNG pada 13 Maret 2024.
Kedua, kerja sama antara Indonesia dan CTBTO. Indonesia saat ini memiliki 6 stasiun seismik CTBTO yang berlokasi di Jayapura, Sorong, Parapat, Kapbang, Baumada dan Lembang. Stasiun-stasiun ini sangat berguna untuk sistem peringatan tsunami di Indonesia.
Menteri Retno Marsudi meyakinkan Indonesia siap menjalin kerja sama yang kuat dengan CTBTO. Retno berharap CTBTO dapat mempertimbangkan lebih banyak perwakilan Indonesia untuk bekerja di organisasi tersebut dan lebih banyak kesempatan kerja bagi mahasiswa dan profesional muda yang berminat.
Santo Segarvati
Seleksi Guru: Kementerian Indonesia mengunjungi Korea Selatan untuk mempelajari penerapan smart governance di tingkat nasional
klik disini melakukan mendapatkan Update berita terkini Tempo di Google News
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya