12:09 JST, 17 Desember 2023
TOKYO (GG Press) –Indonesia telah setuju untuk menetapkan kuota tarif rendah sebesar 8.500 ton untuk impor beras dari Jepang, kata pejabat Jepang pada hari Sabtu.
Ketentuan ini akan diberlakukan sebagai bagian dari amandemen Perjanjian Kemitraan Ekonomi untuk perdagangan bebas kedua negara Asia, yang telah disepakati secara luas.
Dalam kuota tersebut, Indonesia menerapkan tarif sekitar ¥4,3 per kilogram. Kuota ini diperkirakan akan mendorong peningkatan ekspor beras Jepang secara stabil.
Menurut pejabat Kementerian Pertanian, tarif saat ini juga sekitar ¥4,3, namun Indonesia sengaja mempertahankan tarif tetap rendah karena kondisi dalam negeri, yang dapat dinaikkan kapan saja.
Pada tahun 2022, Jepang hanya mengekspor 39 ton beras poles ke Indonesia.
Dalam tinjauan EPA, Jepang setuju untuk menghapuskan bea masuk atas tuna kalengan dan bonito flakes dari Indonesia. Kuota bebas bea untuk pisang dan nanas akan diperluas.
Indonesia sendiri setuju untuk mengurangi atau menghilangkan bea masuk atas 19 barang industri asal Jepang, seperti mobil dan produk baja.
Kedua belah pihak berkomitmen untuk meningkatkan aturan e-commerce dan kekayaan intelektual di EPA.
Jepang dan Indonesia menandatangani EPA pada tahun 2007. Negosiasi peninjauan dimulai pada tahun 2015.
Kesepakatan luas mengenai amandemen EPA dicapai pada pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Indonesia Joko Widodo di Tokyo pada hari Sabtu.
Kedua pemimpin juga menegaskan bahwa Jepang akan menyediakan kapal patroli besar buatan Jepang ke Indonesia untuk memperkuat kemampuan keamanan maritim negara Asia Tenggara tersebut.
Usai pertemuan, Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi bertukar catatan mengenai bantuan hibah Jepang kepada Indonesia yang berjumlah sekitar ¥9 miliar.
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya