JAKARTA (Antara) – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menggandeng pemerintah Australia pada Jumat untuk memulangkan 11 nelayan asal Rhode dan Nusa Tenggara Timur yang terdampar di pulau Bedwell Rowley Shoals, Australia Barat.
Pihak berwenang Australia telah menemukan 11 nelayan yang terperangkap Topan Ilsa melalui Pusat Koordinasi Penyelamatan Bersama (JRCC).
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu, pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan Adin Nurwaluddin mengatakan 11 malam nelayan. Dioscorius 01 dan P.M. Diketahui berasal dari dua kapal motor Putri Jaya.
Menurut data yang diterima, 10 nelayan di kapal PM Dioskouri berhasil diselamatkan.
Sedangkan di Perdana Menteri Putri Jaya, hanya satu orang yang berhasil diselamatkan dan delapan nelayan lainnya tidak ditemukan.
Setelah Rumah Sakit Broome menyatakan 11 nelayan dalam kondisi stabil, mereka dipindahkan ke Darwin dan ditahan di Pusat Penahanan Alternatif Utara (NAPOD) di Frontier Darwin Hotel.
Mereka kemudian akan diterbangkan kembali ke Indonesia melalui penerbangan charter dengan rute Darwin-Denpasar.
Pemerintah Australia belum mengambil tindakan hukum atas dasar kemanusiaan terhadap 11 nelayan Indonesia yang terdampar di wilayah Australia akibat badai tersebut.
“Dengan demikian, pada hari Jumat pukul 16.40 WITA (Waktu Indonesia Tengah) mereka dapat kembali ke Indonesia dengan bantuan Pasukan Perbatasan Australia,” tambahnya.
Selanjutnya, Nurawaluddin menjelaskan, pemulangan 11 nelayan Indonesia dapat berjalan lebih baik berkat koordinasi antar instansi terkait dan mobilitas yang cepat.
Nusa Tenggara Timur akan dikembalikan oleh Direktorat Penanganan Pelanggaran Direktorat Pengawasan Kelautan dan Perikanan sebelum diserahkan ke Dinas Kelautan dan Perikanan.
Berita Terkait: Presiden Jokowi Mendengar Aspirasi Nelayan di Sulawesi Selatan
Berita terkait: BPJAMSOSTEK berikan perlindungan kepada 17.209 nelayan di Kepulauan Riau
Berita terkait: Menteri menargetkan perluasan SPBN nelayan menjadi 250 kursi
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya