Padang Panjang, Sumatera Barat (Antara) –
Menteri Kebudayaan Fadli Sohn memastikan kementeriannya akan mengadvokasi repatriasi sejumlah benda bersejarah dan artefak dari luar negeri yang disebutnya sebagai aset budaya negara.
Saat menyampaikan sambutan pada kuliah umum di Jakarta, Rabu, ia mengungkapkan pemerintah telah menemukan artefak sejarah asal Indonesia yang tersebar di Belanda, Inggris, dan India.
“Banyak dari kita Keris“Patung kuno dan artefak budaya lainnya tersebar di luar negeri,” kata Menkeu.
Joan, lulusan program studi Rusia Universitas Indonesia, mengatakan kementeriannya sedang mengawal repatriasi beberapa artefak sejarah yang diperkirakan akan tiba di Indonesia pada November atau Desember 2024.
Ia mengatakan pemerintah Inggris menentang seruan Indonesia untuk mengembalikan benda-benda budaya milik negaranya, dan Indonesia akan terus menekan Inggris mengenai masalah tersebut.
“Aset budaya bangsa Indonesia harus dikembalikan ke Indonesia,” tegasnya.
Pemulangan artefak sejarah Indonesia dari Belanda terakhir dilakukan pada Oktober lalu. Di antara barang-barang yang dipulangkan tersebut adalah 284 artefak Koleksi Perang Bubudan Batung yang diambil pada masa intervensi militer Belanda di Bali pada tahun 1906 dan empat buah patung Hindu-Buddha dari Pulau Jawa.
Menurut Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, perjanjian repatriasi tersebut melibatkan kerja sama intensif antara pemerintah Indonesia dan Belanda.
Kedua pemerintah melakukan studi sumber secara mendalam sebelum mengirimkan kembali keaslian dan asal masing-masing barang, tambahnya.
Setelah repatriasi pertama benda budaya Indonesia dari Belanda pada pertengahan tahun 2023, terdapat 288 artefak yang dikembalikan. Artefak dari Sri Lanka dipulangkan oleh Belanda pada tahun 2023.
Berita terkait: Kementerian mengawasi repatriasi 288 artefak dari Belanda
Berita Terkait: Rumah Adat Nan Baanjuang Berisi 600 Artefak Sejarah
Penerjemah : M Zulfikar, Nabil Ihsan
Redaktur: Thea Mudiyasari
Hak Cipta © ANTARA 2024
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia mengutuk larangan Knesset nn UNRW | dunia