Tempo.co, Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkipli Hasan mengatakan pemerintah telah memutuskan untuk mengimpor 991.000 ton gula pasir putih atau gula meja. Keputusan itu diambil setelah rapat tertutup antara kementerian dan lembaga terkait.
“[In the] Stok barang sudah diputuskan 991.000 ton kristal putih akan langsung ke konsumen, 3,6 liter disuling untuk industri, di antaranya sekitar 50 ribu ton khususnya,” kata Menteri di Bogor, Jumat, 23 Desember 2018. .
Tahun ini, pemerintah telah memberikan izin impor hingga 500.000 ton. Namun Zulkifli mengatakan baru dilaksanakan 300.000 ton. Kementerian Perdagangan harus mengenakan denda kepada importir yang tidak mengirimkan gula konsumsi ke Indonesia.
Pada Oktober, Soemitro Samadikun, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), mempertanyakan langkah pemerintah yang terburu-buru mengimpor gula untuk konsumsi. Pasalnya, stok gula akhir 2021 atau awal 2022 sebanyak 1,1 juta ton.
Jika ditambahkan ke stok akhir 2021, total gula akan menjadi 2,2 juta ton. Ditambah dengan produksi nasional sebesar 2,4 juta ton, Soemitro mengatakan total stok gula akan menjadi 4,6 juta ton. Dengan konsumsi gula rata-rata 3 juta ton per tahun, Indonesia masih surplus gula 1,6 juta ton.
Tren pra-pemilihan?
Bhima Yudhisthira, Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELEOS), mengatakan gula sering diimpor meski konsumsi dalam negeri rendah atau industri pengolahan mengalami perlambatan. Bhima menilai ada kecenderungan atau pola yang menunjukkan bahwa impor gula lebih banyak terjadi menjelang pemilu. Ini harus diselidiki, katanya.
Pemilihan umum berikutnya adalah pada tahun 2024.
Sementara potensi perkebunan tebu sebagai bahan baku gula sangat besar, Indonesia adalah salah satu importir gula terbesar di dunia, kata Bima.
Ada pihak yang menikmati keuntungan impor gula dan lebih memilih status quo sehingga Indonesia terus bergantung pada impor.
Bima mengatakan lobi sedang dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara pro impor pangan, salah satunya melalui legislasi penciptaan lapangan kerja terkait pasar impor karena tingkat impor.
Situasi ini juga mempengaruhi suntikan modal untuk perkebunan tebu dan industri pengolahan gula. Akibatnya, industri dan perkebunan dalam negeri masih terbelakang. Bhima mengatakan, diperlukan perubahan dalam tata niaga gula.
Putri Riani Sanusi
Klik di sini untuk mendapatkan update berita Tempo terbaru di Google News
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya