Desember 22, 2024

SUARAPALU.COM

Periksa halaman ini untuk berita utama terkini Indonesia, analisis, laporan khusus dari pusat kota besar termasuk Jakarta, Surabaya, Medan & Bekasi.

Hall Hill: Indonesia tidak perlu takut dengan globalisasi

Tempo.co, JakartaProfesor Hall Hill menilai perekonomian Indonesia sudah cukup maju. Namun masih belum cukup kompetitif dibandingkan Vietnam dan Thailand.

Hal Hill, penulis Perekonomian Indonesia (2000), menemukan bahwa di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, perekonomian negara mengalami kemajuan yang baik dengan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 5,2 persen. Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara berkembang yang diprediksi Dana Moneter Internasional (IMF) akan terkena krisis utang. Meskipun terdapat kemajuan pada tingkat makro, Hall Hill melihat adanya permasalahan pada tingkat mikro.

Seorang profesor ekonomi di Australian National University memperkirakan Indonesia belum memanfaatkan peluang yang terbuka akibat globalisasi. Akibatnya, perekonomian, lingkungan bisnis dan investasi Indonesia tidak kompetitif di Asia Tenggara. Dari sisi investasi, Indonesia kalah dibandingkan Thailand dan Vietnam. Kedua negara ini merupakan tujuan investasi besar di Asia.

Oleh karena itu, Hall Hill memperkirakan bahwa Indonesia akan kehilangan banyak kekuatan ekonominya dalam perekonomian global, meskipun perekonomiannya secara keseluruhan sudah maju. “Permasalahan perekonomian Indonesia berada pada tingkat mikro sosial, lingkungan hidup, dan kelembagaan,” ujarnya. Tempo Dalam wawancara online pada 15 Desember 2023.

Dalam perbincangan yang berlangsung lebih dari satu jam, ekonom berusia 76 tahun itu menjelaskan kepada pemerintahan di bawah Presiden Jokowi tentang banyaknya permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia sejak reformasi tahun 1998. Ia menyoroti subsidi bahan bakar, terbatasnya ruang keuangan, transisi energi dan pendidikan.

Bagaimana Anda melihat perekonomian Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi?

Perekonomian Indonesia sudah cukup berkembang. Pada tahun 1980an, Bank Dunia menyebut Indonesia sebagai keajaiban ekonomi. Pada Desember 2023, kami berdiskusi di Canberra dengan Menteri Keuangan Shri Mulyani Indravati. Benar sekali, sekitar 60 negara berkembang di dunia saat ini sedang mengalami krisis utang. IMF memperkirakan jumlah negara sebanyak 62 atau 63 negara. Indonesia tidak termasuk dalam daftar ini. Meskipun Indonesia menghadapi banyak permasalahan, namun hal tersebut bukanlah krisis utang ekonomi.

Melihat model pertumbuhan ekonomi, apa yang membedakan Jokowi dengan presiden sebelumnya?

Tidak banyak perbedaan. Saya menonton dua film. Salah satunya adalah makroekonomi. Dalam gambaran itu, Indonesia jauh di depan. Misalnya, Anda memiliki bank sentral yang profesional dan independen. Saat ini, utang pemerintah mencapai sekitar 40 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini tergolong rendah dibandingkan negara lain yang bisa mencapai di atas 100 persen. Permasalahannya ada pada tingkat mikro ekonomi, sosial, lingkungan hidup dan kelembagaan. Cara pandang Jokowi tak jauh berbeda dengan Susilo Bambang Yudhoyo atau Megawati Soekarnoputri. Pemerintahan sebelum Meghawati tidak bisa dibandingkan karena terjadi krisis uang tunai.

Dibandingkan dengan model pengembangan disiplin yang baru?

Ada perbedaan besar. Pada masa orde baru, laju pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7,1 persen. Angka tersebut turun menjadi 5,2 persen pada era demokrasi. Merupakan sebuah paradoks, atau ironi, bahwa di era dimana kebebasan politik sangat berkurang, perekonomian tumbuh lebih cepat, sementara tingkat kemiskinan turun jauh lebih cepat dibandingkan pada era demokrasi.