JAKARTA – DPR RI menyoroti temuan kapal penelitian OceanXplorer yang menemukan megathrust yang berpotensi menimbulkan tsunami dan kondisi berbahaya di perairan Indonesia. Komisi IV DPR menilai perlu dilakukan upaya konkrit menyikapi temuan tersebut, salah satunya dengan memperkuat legislasi keamanan laut.
“Saya prihatin dengan temuan OceanX yang menyatakan laut Indonesia terancam. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” kata Daniel Johan, anggota Komisi IV DPR.
OceanX merupakan organisasi nirlaba yang melakukan eksplorasi dan penelitian di lautan Indonesia bernama OceanXplorer. Pada tiga tahap pengerjaan sebelumnya meliputi perairan Batam, Aceh, Batang hingga Jakarta.
Pada 3 fase sebelumnya, OceanXplorer direncanakan memiliki misi 6 fase untuk melakukan penelitian oseanografi dan geofisika dengan beberapa bidang antara lain keanekaragaman hayati, iklim, paleoklimat, mikroplastik, kualitas air, dan karakteristik geologi. Zona Megathrust Sunda dll mempunyai implikasi yang signifikan terhadap mitigasi bencana alam di masa depan.
Menurut Daniel, penemuan OceanX bisa menjadi peringatan penting untuk memperbaiki kondisi kelautan di Indonesia, negara kepulauan yang sekitar 62% wilayah daratannya tertutup laut dan perairan.
“Laut kita adalah paru-paru dunia, dan kerusakan yang ditimbulkan akan berdampak lebih luas tidak hanya bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga ekosistem global,” kata anggota DPRD asal Daerah Pemilihan Kalimantan Barat I itu.
Daniel pun mengusulkan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki laut Indonesia. Pertama, memperkuat undang-undang konservasi laut, termasuk pemantauan ketat, penangkapan ikan berlebihan, dan kurangnya perlindungan ekosistem laut.
“Sebagai lembaga legislatif, kami akan mendorong penguatan hukum karena diperlukan regulasi yang lebih kuat dan penegakan hukum yang lebih tegas untuk mengatasi permasalahan ini,” jelas Daniel.
Hal ini sejalan dengan temuan OceanX yang menunjukkan bahwa laut Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang rendah dan kurangnya spesies ikan komersial berukuran besar. Kondisi ini sebenarnya terjadi di seluruh belahan dunia, namun karena pola makan orang Indonesia sangat bergantung pada makanan laut, maka kondisi ini dapat berdampak pada ketahanan pangan negara.
Daniel juga merasa penemuan OceanX tidak bisa dianggap enteng karena berkaitan dengan masalah ketahanan pangan, dimana saat ini sedang terjadi masalah kelaparan di banyak negara.
“Bukan hanya masalah hilangnya keanekaragaman hayati yang akan berdampak pada kehidupan di masa depan, tapi juga menyangkut ketahanan pangan negara,” ujarnya.
“Jika kita tidak ingin generasi mendatang mengalami kelaparan karena tidak mempunyai cadangan pangan, maka kita perlu bekerja lebih keras untuk mengatasi masalah ini,” lanjut Daniel.
Selain itu, delegasi yang bertanggung jawab di bidang kelautan dan pangan juga menilai perlunya meningkatkan kemitraan Indonesia dengan dunia internasional untuk memperkuat hubungan. Daniel mengatakan, langkah-langkah telah diambil untuk memperkuat kemitraan internasional yang bertujuan untuk berbagi informasi dan pengetahuan dalam upaya penyelamatan laut Indonesia.
“Kerja sama internasional sangat penting karena permasalahan kelautan merupakan permasalahan global yang memerlukan penyelesaian bersama,” ujarnya.
Daniel mengatakan DPR siap berkolaborasi dengan OceanX untuk melakukan penelitian lebih lanjut sehingga ada transfer teknologi dan ilmu pengetahuan ke Indonesia. Setelah itu, diperlukan pula program edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keindahan dan kebersihan laut.
“Penting juga untuk berkolaborasi dengan penelitian antar lembaga yang mengutamakan transfer teknologi dan keterlibatan generasi muda,” kata Daniel.
Survei yang dilakukan kapal penelitian OceanXplorer di perairan Indonesia bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Berdasarkan ekspedisi dan pengalaman penelitian OceanX di berbagai negara, kerusakan terumbu karang, terkikisnya hutan mangrove, kemunduran wilayah pesisir dan permasalahan kelautan lainnya sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di seluruh dunia.
Situasi ini semakin buruk akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Namun temuan penelitian seperti ini dapat mendorong pengambil kebijakan suatu negara untuk melakukan mitigasi bencana.
Kita tahu, kerusakan laut bukan hal baru. Kita sudah lama menangis di DPR, lalu bagaimana kebijakan konservasi ini benar-benar kondusif bagi laut kita demi keselamatan dan kelestarian masyarakat, jelas Daniel.
“Kita perlu memastikan kebijakan yang diambil tidak hanya terlihat bagus di atas kertas tapi juga efektif di lapangan,” imbuhnya.
Daniel berharap temuan kapal OceanXplorer ini ditanggapi serius oleh pemerintah secara berkelanjutan. Menurutnya, penanganan permasalahan kelautan memerlukan kerja sama dan kolaborasi seluruh elemen negara, termasuk masyarakat.
“Jadi kami berharap pemerintah menyikapi temuan ini dengan segera mengambil tindakan. Jangan dimulai, tapi konsisten,” kata Daniel.
“Libatkan pemangku kepentingan, ilmu pengetahuan, kelompok masyarakat, komunitas internasional, relawan, dan komunitas lokal yang hidup di lautan pada umumnya. Upaya pengembangan kelautan kita akan berhasil jika ada sinergi dan kerja sama yang baik,” tutup Daniel.
Tag: Gempa Air Laut
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya