Para peneliti di Indonesia telah menerbitkan studi tentang persepsi efektivitas teknologi pengenalan wajah sebagai langkah keamanan dalam transaksi dompet digital di kalangan pengguna Generasi Z.
Sebuah penelitian terhadap 385 responden yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 menunjukkan bahwa pengenalan wajah secara signifikan mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan, persepsi kegunaan, sikap terhadap penggunaan, niat perilaku untuk menggunakan, dan penggunaan komputer yang sebenarnya.
“Penggunaan pengenalan wajah sebagai metode leverage dalam transaksi digital memiliki efek positif dan saling mempengaruhi terhadap pengalaman pengguna.” Riset Catatan. “Secara teknis keamanan pengenalan wajah juga dianggap aman, dan ketika pengguna menggunakan fitur ini, mereka akan mendapatkan pengalaman positif dengan keamanan data dan finansial yang diberikannya.”
Namun peneliti juga mengakui kemungkinan adanya masalah teknis seperti bug dan error.
Dompet digital banyak digunakan untuk pembayaran elektronik di Indonesia, namun laporan mengenai insiden keamanan telah meningkatkan ketakutan masyarakat mengenai keamanan transaksi online, kata studi tersebut. Biometrik selfie dapat membantu mengatasi ketakutan tersebut.
Penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti dari Fakultas Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara (BINUS) di Jakarta, Indonesia. Tulisan ini merupakan bagian dari Konferensi Internasional Sains dan Teknologi ke-7 tahun 2022 (ICST22).
Peneliti menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) yang menyatakan bahwa penerimaan teknologi diprediksi oleh niat perilaku pengguna, yang ditentukan oleh persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan teknologi dalam melakukan tugas. penggunaannya.
“Makalah ini mendukung pengembangan dan alasan faktor kepercayaan untuk penggunaan pengenalan wajah dalam pembayaran mandiri transaksi digital,” makalah tersebut menyimpulkan.
Topik esai
Dompet Digital | Biometrik Wajah | Inklusi Keuangan | Verifikasi Identitas | Indonesia | Transaksi aman
More Stories
Beberapa hari setelah penangkapan kritikus Widodo, rezim presiden Indonesia
Keluarga miliarder Indonesia dituduh mengendalikan kelompok 'perusahaan bayangan' terkait deforestasi besar-besaran
Indonesia juga harus memulangkan artefak budaya